BAB
1
PENDHULUAN
1.
Latar Belakang
Bumi memiliki seluruh sifat yang
diperlukan bagi kehidupan. Salah satunya adalah keberadaan atmosfer, yang
berfungsi sebagai lapisan pelindung yang melindungi makhluk hidup.
Atmosfer terdiri dari lapisan yang
berbeda yang tersusun secara berlapis satu diatas yang lainnya. Atmosfer
merupakan salah satu bagian dari objek materil geografi yang di gunakan manusi
dan makhluk hidup lainnya untuk beraktivitas. Pada materi atmosfer ini banyak
sekali materi- materi yang sangt perlu di pelajari. Berdasarkan klasifikasinya
materi ini mempelajari tentang lapisan-lapisan atmosfer, cuaca dan iklim yang
ada di dunia dan yang ada di Indonesia.
2.
Rumusan masalah
a.
Apa pengertian
atmosfer?
b.
Apa saja yang terdapat
ada lapisan atmosfer?
c.
Unsur-unsur apa saja
yang terdapat pada cuaca dan iklim?
3.
Tujuan
a.
Untuk mengetahui dan
memahami pengertian atmosfer
b.
Untuk mengetahui dan
memahami lapisan-lapisan yang terdapat pada atmosfer
c.
Untuk mengetahui dan
memahami unsur-unsur yang ada pada cuaca dan iklim
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ATMOSFER
Atmosfer
adalah lapisan udara yangterdiri atas beberapa gas yang dipertahankan oleh
gravitasi bumi dan digunakan untuk melindungi bumi dari serangan luar. Makin
dekat ke permukaan bumi, lapisan gas dalam atmosfer makin padat dan
berangsur-angsur makin ke atas, volume-volume gas makin berkurang dan renggang
karena disebabkan adanya gravitasi bumi.
Beberapa
sifat atmosfer, antara lain:
a.
Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak dapat dirasakan atau
di raba kecuali dalam bentuk angin.
b.
Dinamis dan elastis sehingga dapat memuai jika terkena sinar
matahari dan mengkerut jika suhu udara dingin.
c.
Bersifat transparan.
d.
Mempunyai berat sehingga menimbulkan tekanan.
e.
Tetap berada sampai ketinggian selitar 1000 km dari
permukaan air laut karena adagaya gravitasi bumi.
f.
Mengikuti gerak rotasi dan revolusi bumi.
1.
Lapisan-Lapisan Atmosfer
a.
Lapisan Troposfer
1)
Ketinggian rata-rata 0-12 km.
2)
Lapisan troposfer di daerah kutub
memiliki ketebalan 0–8 km, di daerah khatulistiwa memiliki ketebalan 0–16 km,
dan di daerah lintang tinggi memiliki ketebalan kurang dari 12 km.
3)
Pada lapisan ini terjadi proses-proses
cuaca dan iklim yang dapat diamati, seperti hujan, angin, dan awan.
4)
Setiap kenaikan ketinggian 100 m,
kondisi suhu mengalami penurunan sekitar 0,6°C. Penurunan suhu ini sering
disebut dengan gradien geothermis.
5)
Antara lapisan troposfer dan stratosfer
dibatasi oleh lapisan tropopause yang memiliki ketebalan ± 2 km.
6)
Mengandung sekitar 80-90% gas yang
terdapat di atmosfer termasuk debu dan uap air.
7)
Berhubungan langsung dengan permukaan
bumi.
b.
Lapisan Stratosfer
1)
Lapisan stratosfer memiliki ketebalan
antara 12-80 km.
2)
Pada lapisan ini terdapat lapisan ozon
yang terbentuk pada ketinggian 20 km. Lapisan ozon berfungsi menyerap radiasi
sinar ultraviolet sehingga melindungi Bumi dari bahaya radiasi sinar
ultraviolet (UV) matahari.
3)
Antara lapisan stratosfer dan mesosfer
terdapat lapisan stratopause yang memiliki ketinggian 50 km dengan suhu konstan
sekitar 5o C.
4)
Lapisan ini tebal di daerah kutub dan
sangat tipis di daerah khatulistiwa.
5)
Lapisan ini terdiri dari 3 lapisan,
yaitu:
a)
Lapisan isotherm yaitu terdapat pada
ketinggian 12-35 km dengan suhu naik secara berangsur-angsur sampai pada suhu
sekitar 55oC.
b)
Lapisan panas yaitu terdapat pada ketinggian
35-50 km, terjadi kenaikan panas yang cukup drastis.
c)
Lapisan campuran yaitu terdapat pada
ketinggian 50-80 km.
c.
Lapisan Mesosfer
1)
Lapisan mesosfer terletak pada
ketinggian 55–80 km di atas permukaan laut.
2)
Lapisan ini dapat melindungi bumi dari
benturan benda atau batu meteor.
3)
Terjadi penurunan suhu dan bertambahnya
ketinggian tempat (setiap bertambah ketinggian tempat 100 meter, suhu akan
berkurang 0,4oC) suhu dapat mencapai
-83oC.
4)
Antara lapisan mesosfer dengan
termosfer terdapat lapisan mesopause.
d.
Lapisan Termosfer
1)
Lapisan ini sering disebut lapisan ionosfer karena terjadi proses
ionisasi gas-gas oleh radiasi matahari.
2)
Lapisan ini terletak pada ketinggian
80–400 km.
3)
Pada lapisan termosfer, gelombang radio
dipantulkan sehingga gelombang radio pendek yang dipancarkan dari suatu tempat
dapat diterima di belahan bumi yang lain.
4)
Lapisan peralihan antara termosfer dan
eksosfer disebut lapisan termopause.
5)
Terjadi kenaikan suhu seiring dengan
bertambahnya ketinggian, bisa mencapai 1.700oC. hal ini terjadi
karena penyerapan radiasi sinar X dan ultraviolet yang dipancarkan oleh
matahari.
e.
Lapisan Eksosfer
1)
Lapisan eksosfer merupakan lapisan
terluar.
2)
Lapisan ini terletak pada ketinggian
lebih dari 400 km dari permukaan bumi.
3)
Gas utama yang ada, yaitu hidrogen yang
kerapatannya makin tipis sampai hampir habis di luar angkasa.
4)
Pengaruh gravitasi sangat kecil.
5)
Terjadi gerakan-gerakan atom yang tidak
beraturan.
6)
Lapisan ini merupakan lapisan pemisah antara bumi dengan
angkasa luar sering disebut juga geostasioner atau ruang antar pelanet.
7)
Lapisan ini merupakan lapisan yang sangat berbahaya karena
menjadi tempat berhancurnya meteor di luar angkasa.
Gambar lapisan atmosfer.
2.
Manfaat Lapisan Atmosfer
Lapisan atmosfer
memiliki beberapa manfaat bagi kehidupan.
a.
Melindungi Bumi dari radiasi sinar
matahari yang sangat berbahaya bagi kehidupan.
b.
Melindungi Bumi dari jatuhnya
benda-benda angkasa yang akan memasuki Bumi.
c.
Untuk kepentingan penelitian di bidang
meteorologi dan klimatologi, khususnya prakiraan cuaca, baik jangka panjang
maupun jangka pendek.
d.
Cuaca sangat penting di bidang
pertanian, perhubungan, pelayaran, penerbangan, dan lain sebagainya.
e.
Lapisan ionosfer memiliki peranan yang
penting dalam proses komunikasi karena dapat memantulkan gelombang radio.
B. CUACA DAN IKLIM
Cuaca dan iklim merupakan istilah yang sangat sering kita
dengar. Banyak aktivitas manusia yang terkait dengan iklim dan cuaca. Dalam
bidang pertanian, pemilihan jenis tanaman sangat terkait dengan cuaca dan
iklim.
1.
Pengertian Cuaca dan Iklim
Cuaca dan iklim merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Keduanya saling terkait. Hal yang menjadi parameter pada cuaca akan menjadi
parameter juga pada iklim.
a.
Cuaca
Cuaca adalah kondisi udara pada saat tertentu, di wilayah
yang relatif sempit serta pada jangka waktu yang relatif singkat. Dari pengertian
ini menunjukkan bahwa cuaca terbentuk dari gabungan unsur cuaca dengan jangka
waktu bisa hanya beberapa jam.
b.
Iklim
Iklim merupakan
keadaan cuaca rata-rata pada daerah yang luas dan dalam waktu yang relatif lamaUntuk menentukan keadaan iklim suatu wilayah, biasanya dengan menghitung
rata-rata cuaca selama 30–100 tahun.
Perbedaan antara
cuaca dan iklim antara lain:
Cuaca |
Iklim |
• Rentang waktunya pendek (hari/jam). • Cakupan daerahnya sempit. • Sangat cepat berubah. |
• Rentang waktunya panjang (30–100 tahun). • Cakupan daerahnya luas. • Jarang sekali
berubah. |
2.
Unsur-Unsur Cuaca
Penyinaran
matahari mempunyai peranan dalam pembentukan cuaca karena merupakan energi
panas yang menimbulkan perubahan suhu, tekanan, dan kelembapan udara di muka
Bumi.
Ada
beberapa unsur laiyang ikut berperan dalam unsur cuaca. Antara unsur yang satu
dengan yang lain saling berkait, saling memengaruhi, saling ketergantungan, dan
membentuk kerja gabungan. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut.
a.
Suhu Udara
Suhu
udara merupakan ukuran untuk menyatakan keadaan panas atau dinginnya udara.
Suhu udara diukur dengan alat termometer. Persebaran suhu
udara di permukaan Bumi berbeda-beda. Karakteristik persebaran suhu udara sebagai berikut.
1)
Persebaran
Secara Horizontal
Suhu udara tertinggi terdapat di daerah tropis atau
sekitar ekuator, semakin ke kutub semakin dingin.
2)
Persebaran
Secara Vertikal
Semakin tinggi suatu tempat, suhu udara semakin dingin
atau semakin rendah. Hal ini sesuai dengan hukum gradien geothermis, yaitu
setiap kenaikan 100 meter suhu berkurang rata-rata 0,6°C.
Pada udara kering besar gradien geothermis sebesar 1°C.
Pada lapisan atmosfer tertentu hukum ini tidak berlaku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu udara suatu
daerah adalah :
a.
Lama Penyinaran Matahari
Wilayah Indonesia terletak pada lintang 23°LU – 23°LS.
Letak ini menyebabkan lama penyinaran matahari di wilayah ini lebih kurang 12
jam. Penyinaran matahari yang panjang akan memengaruhi peningkatan suhu di
permukaan Bumi.
b.
Sudut Datang Sinar Matahari
Bentuk muka Bumi yang melengkung atau membulat
menyebabkan sudut datang penyinaran matahari tidak sama. Apabila arah sinar
matahari semakin tegak dengan bidang horizontal permukaan bumi atau semakin
kecil sudut datangnya, intensitas penyinaran matahari semakin tinggi.
c.
Relief Permukaan Bumi
Berdasarkan relief, persebaran suhu mempunyai dua tipe,
yaitu berdasarkan ketinggian dan arah hadap lereng. Semakin tinggi relief akan
semakin rendah suhunya. Selain itu, relief yang menghadap ke arah datangnya
sinar matahari akan mempunyai suhu yang lebih tinggi daripada lereng yang tidak
berhadapan langsung dengan sinar matahari.
d.
Banyak Sedikitnya Awan
Awan pada lapisan udara dapat menahan sinar matahari
sebelum sampai di permukaan Bumi. Pada pagi hari awan dapat menyebabkan
temperatur rendah. Akan tetapi, pada siang hari menyebabkan temperatur tinggi
karena awan dapat memantulkan kembali panas yang dipancarkan oleh permukaan
Bumi. Semakin banyak uap air, semakin besar panas yang diserap, akibatnya
temperatur menjadi tinggi.
e.
Macam Bentang Alam
Daratan akan lebih cepat panas atau dingin dibandingkan
dengan lautan yang lebih lambat menjadi panas atau dingin.
Energi sinar
Matahari sebagian digunakan untuk memanaskan atmosfer. Pemanasan atmosfer dapat
secara langsung atau tidak langsung.
1)
Pemanasan
Langsung
Di dalam atmosfer terkandung uap air, debu, asam arang,
dan zat asam. Zat-zat tersebut berfungsi menyerap panas sinar matahari. Jadi,
sebelum sampai di permukaan bumi, panas sinar matahari sebagian sudah diserap zat-zat
tersebut.
2)
Pemanasan
Tidak Langsung
Sinar Matahari setelah melewati atmosfer, panasnya
sebagian diserap oleh bumi. Akibatnya, permukaan bumi juga menjadi panas.
Permukaan bumi memengaruhi panas atmosfer bagian bawah. Pemanasan udara di
dekat permukaan bumi melalui beberapa cara sebagai berikut.
a. Konveksi adalah proses pemanasan udara secara
vertikal karena adanya gerakan udara secara vertikal, sehingga udara di atas
yang belum panas akan menjadi panas karena pengaruh udara di bawahnya yang sudah
panas.
b. Adveksi adalah proses pemanasan udara secara
horizontal karena adanya gerakan udara secara horizontal, sehingga daerah lain
menjadi panas.
c. Turbulensi adalah aliran udara yang arahnya tidak
beraturan. Gerakan udara panas berputar-putar, simpang siur, dan tidak
beraturan, sehingga daerah lain ikut menjadi panas.
d. Konduksi adalah pemanasan udara secara
bersinggungan. Udara dingin yang bersinggungan dengan udara panas di bawahnya
akan ikut menjadi panas. Demikian seterusnya terjadi hambatan panas sampai
udara teratas, sehingga udara menjadi panas semua.
b.
Tekanan Udara
Tekanan udara merupakan tenaga yang digunakan untuk
menggerakkan massa udara dalam setiap satuan luas tetentu. Daerah yang menerima
panas matahari, udaranya akan mengembang dan naik dengan tekanan udara rendah.
Daerah yang mempunyai suhu udara rendah maka tekanan udaranya tinggi. Gerakan
udara akan terjadi dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan
rendah kemudian terjadilah angin. Alat untuk mengukur tekanan udara disebut
barometer
.
c.
Angin
Angin adalah gerakan udara yang disebabkan
adanya perbedaan suhu, yang selanjutnya mengakibatkan perubahan tekanan.
Tekanan udara naik jika suhunya rendah dan turun jika suhunya tinggi. Angin bertiup dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan
rendah. Hal-hal yang berkaitan dengan angin antara lain kecepatan, arah, dan
system angin.
1.
Kecepatan Angin
Kecepatan angin yang bertiup dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
a)
Gradien Barometris
Perbedaan tekanan udara antara dua tempat akan
menghasilkan angin. Semakin besar perbedaan tekanan udara, maka angin yang
bertiup pun akan semakin kencang atau kuat. Sebagaimana yang dirumuskan dalam
hukum Stevenson. Menurut Stevenson kekuatan angin yang bertiup berbanding
lurus dengan gradien barometernya. Semakin besar gradient barometernya, semakin
kuat angin yang bertiup.
b)
Relief Permukaan Bumi
Relief yang tidak rata menjadi penghambat bagi aliran
atau tiupan angin. Di daerah perbukitan aliran angin terhambat bukit-bukit,
sehingga bertiup dengan kecepatan lebih lambat dibanding di daerah dataran.
c)
Tinggi dari permukaan tanah
Angin yang bertiup
dekat permukaan bumi akan mendapatkan hambatan karena bergesekan dengan muka
bumi, sedangkan angin yang bertiup jauh di atas permukaan bumi akan bebasdari hambatan-hambatan.
d)
Ada tidaknya tumbuhan-tumbuhan
Pohon-pohon yang tinggi ataupun lebat dapat menahan
kecepatan angin bertiup.sedangkan daerah yang memiliki pepohonan yang sedikit
atau gundul maka akan sedikit memberikan hambatan pada kecepatan angin.
2.
Arah Angin
Angin bertiup dari daerah bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah. Hanya saja angin yang bertiup tidak mengalir lurus, tetapi
mengalami pembelokan arah akibat pengaruh rotasi Bumi. Pembelokan juga dialami
angin yang bertiup menuju khatulistiwa. Seperti yang diungkapkan dalam Hukum
Buys Ballot, angin bertiup dari daerah bertekanan maksimum ke daerah
bertekanan minimum. Di daerah selatan khatulistiwa angin berbelok ke
arah kiri dan di utara khatulistiwa berbelok ke arah kanan.
3.
Sistem Angin
Berdasarkan
gerakan dan sifatnya, angin dapat dibedakan menjadi:
a.
Angin Pasat dan Angin Antipasat
Angin pasat adalah angin yang berembus
terus-menerus dari daerah maksimum subtropik ke daerah minimum khatulistiwa.
Akibat adanya rotasi bumi maka di belahan utara terjadi angin pasat timur laut
dan di belahan selatan terjadi angin pasat tenggara.
Angin antipasat adalah kembalinya angin
pasat. Udara yang naik ke daerah khatulistiwa, setelah sampai di atas kemudian
mengalir ke arah kutub dan turun di daerah subtropik.
b.
Angin Muson
Angin muson adalah angin yang arahnya selalu
berganti setiap setengah tahun sekali tergantung pada letak matahari. Indonesia
mengenal adanya angin monsun karena terletak antara 23o LU dan 23o LS serta
terletak di antara Benua Asia dan Benua Australia. Kedua benua tersebut
terletak di belahan bumi yang berbeda. Dengan demikian, terjadi angin monsun
yang melalui Indonesia, yaitu muson barat dan muson timur.
Proses terjadinya:
1)
Angin Muson Barat
Pada bulan Oktober–April, posisi
Matahari berada di sebelah selatan khatulistiwa (Australia) sehingga suhunya
lebih panas, yang mengakibatkan tekanan udaranya lebih rendah, dibanding
wilayah utara khatulistiwa (Asia). Angin bertiup dari wilayah Asia yang
bertekanan maksimum, ke wilayah Australia yang bertekanan minimum. Angin ini
bersifat lembap dan basah sehingga menyebabkan terjadinya musim hujan di
wilayah Indonesia.
2)
Angin Muson Timur
Proses terjadinya angin muson timur berkebalikan dengan
angin muson barat. Pada bulan April–Oktober, posisi Matahari berada di sebelah
utara khatulistiwa (Asia). Suhu udara di wilayah ini lebih panas dan tekanan
udara lebih rendah dibanding wilayah Australia. Akibat perbedaan tekanan udara,
angin bertiup dari wilayah Australia yang bertekanan udara tinggi ke wilayah Asia
yang bertekanan udara rendah. Angin ini melewati wilayah Australia yang
bergurun dan bersifat kering. Angin ini menyebabkan musim kemarau/panas di
wilayah Indonesia. Angin muson timur bertiup pada bulan April–Oktober, saat itu
kedudukan Matahari berada di belahan Bumi utara atau Benua Asia.
c.
Angin Lokal
Berembusnya angin lokal dipengaruhi oleh beberapa hal,
yaitu:
(1) sifat daratan dan perairan,
(2) jumlah pemanasan sinar matahari pada suatu wilayah,
dan
(3) ketinggian suatu tempat.
Berdasarkan perbedaan karakteristik
faktor-faktor yang memengaruhi inilah, angin local dibedakan menjadi beberapa
jenis sebagai berikut.
a)
Angin Darat dan Angin Laut
·
Pada malam hari suhu air laut terasa
panas, sementara darat sudah mendingin. Akibatnya, tekanan udara di darat
tinggi dan tekanan udara di laut rendah. Oleh karena itu, bertiuplah angin darat
yang bertiup dari darat menuju laut. Angin darat digunakan para nelayan untuk
berangkat berlayar mencari ikan laut.
·
Pada siang hari daratan lebih cepat
menjadi panas daripada lautan. Akibatnya, pada siang hari daratan bertekanan
minimum dan laut bertekanan maksimum. Kondisi ini menyebabkan terjadinya angin
laut yang berembus dari laut ke daratan. Angin ini digunakan nelayan untuk
pulang dari melaut.
b)
Angin Lembah dan Angin Gunung
·
Pada siang hari puncak gunung menjadi
lebih cepat panas dibandingkan dengan lembah. Hal itu menyebabkan tekanan udara
di gunung minimum dan tekanan udara di lembah maksimum. Akibatnya, angin
bertiup dari lembah menuju gunung. Angin ini disebut angin lembah.
·
Pada malam hari puncak gunung lebih
dingin daripada wilayah lembah. Hal itu menyebabkantekanan udara di gunung
maksimum dan tekanan udara di lembah minimum. Akibatnya, angin bertiup dari gunung ke
lembah. Angin ini disebut angin gunung.
c)
Angin Fohn (Angin yang Bersifat Panas)
Terjadinya
angin ini merupakan kelanjutan dari terjadinya hujan orografis. Hujan orografis
hanya terjadi pada salah satu sisi lereng, angin yang sudah tidak membawa uap
lagi terus berembus menuruni lereng daerah bayangan hujan. Oleh karena tidak
membawa uap air, angin ini bersifat panas dan berakibat buruk bagi usaha
pertanian.
d)
Angin yang Bersifat Dingin
Jenis-jenis angin yang bersifat dingin
sebagai berikut.
·
Angin Mistral
Angin mistral merupakan angin yang turun dari pegunungan
ke dataran rendah pantai. Suhu angin ini lebih rendah dibandingkan dengan suhu
daerah tujuannya sehingga dikategorikan angin dingin. Contohnya angin yang
bertiup di pantai Laut Tengah, tepatnya di pantai selatan Prancis.
·
Angin Bora
Angin ini bersifat dingin dan bertiup dari arah timur
atau timur laut ke barat atau ke barat daya di daerah Balkan
.
e)
Angin Siklon dan Angin Antisiklon
Angin siklon merupakan angin yang arah geraknya berputar.
Di wilayah tropis angin siklon sering terjadi di laut dan hampir tidak pernah
terjadi di daerah khatulistiwa. Angin siklon dan antisiklon antara belahan Bumi
utara dan belahan Bumi selatan berbeda. Angin siklon merupakan udara yang
bergerak dari beberapa daerah bertekanan udara rendah tinggi menuju titik pusat
daerah tekanan udara rendah di bagian dalam. Angin antisiklon bergerak dari
dalam sebagai pusat tekanan tinggi menuju ke tekanan udara rendah yang
mengelilinginya di bagian luarnya.
d.
Kelembapan Udara
Kelembapan udara, yaitu banyak sedikitnya uap air di
udara. Udara mengandung uap air yang berasal dari berbagai tubuh air, baik air
permukaan maupun air tanah. Makin tinggi suhu udara, kandungan uap air semakin
tinggi. Hal ini juga berarti bahwa kelembapan udara juga semakin tinggi.
Kelembapan ini mempengaruhi pengendapan air di udara. Pengendapan air di udara
dapat berupa awan, kabut, embun, dan hujan. Alat untuk mengukur kelembaban
udara disebut higrometer. Kelembapan udara terdiri atas kelembapan relatif dan
kelembapan absolut.
§ Kelembapan Udara Relatif atau Nisbi
Kelembapan relatif adalah perbandingan jumlah uap air
dalam udara (kelembapan absolut) dengan jumlah uap air maksimum yang dapat
dikandung oleh udara tersebut dalam suhu yang sama dan dinyatakan dalam persen
(%).
§ Kelembapan Udara Absolut atau Mutlak
Merupakan banyaknya uap air yang terdapat di udara pada
suatu tempat. Dinyatakan dengan banyaknya gram uap air dalam 1 m3 udara.
e.
Awan
Awan merupakan massa dari butir-butir kecil air yang
larut di lapisan atmosfer bagian bawah. Awan dapat menunjukkan kondisi cuaca.
Awan gelap menandakan kemungkinan hujan. Sedang langit tanpa awan menunjukkan
cuaca cerah. Awah gelap yang membumbung menandakan hujan badai akan terjadi. Klasifikasi
awan, antara lain:
Berdasarkan
ketinggiannya, awan dapat dibedakan sebagai berikut.
§ Awan rendah (ketinggian kurang dari 2 km). Contoh: nimbostratus, stratus,
dan stratocumulus.
§ Awan menengah, mempunyai ketinggian dasar awan antara 2–6 km. Contoh: altostratus dan altocumulus.
§ Awan tinggi (ketinggian di atas 6 km). Contoh: cirrostratus, cirrocumulus,
dan cirrus.
§ Awan menjulang vertikal (ketinggian 0,5–18 km). Contoh:
cumulonimbus dan cumulus.
Berdasarkan
bentuknya, awan dibedakan sebagai berikut.
1)
Awan
Cirrue adalah awan putih terpisah-pisah seperti benang halus atau pecah-pecah
atau jalur-jalur sempit atau mata pancing atau bulu ayam atau serabut yang
berwarna putih keperak-perakan.
2)
Awan Cirro
Cumulus adalah awan tipis putih terpisah-pisah seperti biji-bijian, sisik ikan,
bulu domba yang tipis yang berwarna putih bersih.
3)
Awan Cirro
Stratus adalah awan yang transparan dengan puncak seperti serabut halus
menutupi sebagian atau seluruhnya dari langit dengan warna keputih-putihan.
Awan ini umumnya menimbulkan phenomena lingkaran putih disekeliling bulan atau matahari.
4)
Awan Alto
Cumulus adalah awan yang seperti bulu domba atau sisik ikan tetapi agak melebar
10 s/d 50 dengan warna putih bersi, atau abu-abu atau campuran dari dua-duanya.
5)
Awan Alto
Stratus adalah awan yang seperti lembaran-lembaran atau lapisan-lapisan jalur
yang berwarna abu-abu atau kebiru-biruan. Jenis awan ini sering menimbulkan
hujan merata.
6)
Awan Nimbo
Stratus adalah awan yang seperti lembaran-lembaran atau lapisan-lapisan yang
tebal, dengan warna abu-abu dan gelap. Jenis awan ini sering menimbulkan hujan
lebat,matahari akan tertutup oleh jenis awan ini.
7)
Awan
Stratus adalah awan yang berlapis-lapis tipis dengan warna abu-abu dengan dasar
hampir serba sama, dapat menimbulkan hujan es.
8)
Awan
Strato Cumulus adalah awan yang berlapis-lapisan tebal agak gelap, berwarna
abu-abu atau putih atau campuran dari kedua-duanya, mempunyai lebar lebih dari
50.
9)
Awan
Cumulus adalah awan yang terpisah-pisah umumnya padat dengan batas yang jelas,
berbentuk seperti bukit-bukit ,menari-menari dan bagian atasnya berbentuk
seperti bunga kool.
10)
Awan
Cumulus Nimbus adalah awan yang besar, padat dan meluas puncaknya menyerupai
gunung atau menara yang besar atau seperti cengger ayam dengan warna gelap.
f.
Curah Hujan
Hujan
adalah jatuhnya air dalam bentuk cair maupun padat dari atmosfer ke permukaan
Bumi. Apabila awan bertambah dingin, maka titik-titik
air akan berubah menjadi butir-butir yang lebih besar dan berat sehingga akan
turun sebagai hujan. Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu
daerah dalam waktu tertentu. Curah hujan bias diukur dalam harian, bulanan, dan
tahunan. Alat pengukur hujan disebut fluviograf atau
regenmeter.
Macam-macam hujan antara lain sebagai
berikut:
a.
Manurut proses terjadinya:
1)
Hujan zenithal
Hujan ini sering disebut juga hujan konveksi atau hujan puncak,
karena sering terjadi di daerah tropik. Hujan ini terjadi akibat pertemuan
angin pasat timur laut dan angin pasat tenggara yang kemudian angin tersebut
naik ke atas dan membentuk gumpalan-gumpalan awandi daerah ekuator sehingga turunlah
hujan.
2)
Hujan orografis
Hujan ini terjadi kerena angin yang bergerak horizontal jenuh dengan
uap air yang naik ke daerah lereng pegunungan, suhu udara terus mendingin dan
terjadi kondensasi sehingga terbentuklah awan dan terjadilah hujan.
3)
Hujan frontal
Terjadi karena adanya pertemuan massa udara panas dan dingin.
Biasanya terjadi didaerah lintang sedang.
b.
Berdasarkan ukuran butirannya
1.
Hujan gerimis ( drizzle),
diameter butirannya kurang dari 0,5 mm.
2.
Hujan salju, berupa
Kristal-kristal es yang halus.
3.
Hujan batu es, merupakan
curahan batu es yang turun pada cuca panas dari awan yang temperturnyadi bawah
titik beku.
4.
Hujn deras (rain), diameter
butirannya sekitar 7 mm.
3. Iklim
Iklim di suatu daerah
dipengaruhi oleh posisi garis lintang, angin, massa daratan dan benua, arus
samudra, dan topografi.
Klasifikasi Iklim yang ada di Bumi.
a.
Iklim Matahari
Klasifikasi iklim ini
berdasarkan pada garis lintang. Hal itu berpengaruh pada jumlah energi matahari
yang tersedia. Keadaan tersebut menyebabkan wilayah lintang rendah
(khatulistiwa) memiliki jumlah penyinaran matahari lebih banyak sehingga
suhunya lebih tinggi dibanding daerah lintang tinggi.
b.
Iklim Koppen
Iklim
Koppen diklasifikasikan berdasarkan pada curah hujan dan suhu udara. Klasifikasi ini dikemukakan oleh Wladimir Koppen, seorang ahli klimatologi dari
Jerman. Berikut ini pembagiannya.
1)
Iklim Tipe A
(Iklim Hujan Tropis)
Wilayah ini memiliki curah hujan tinggi, penguapan
tinggi, dan suhu rata-rata bulanan di atas 18°C. Wilayah beriklim tipe A dibagi
menjadi tiga sebagai berikut.
§
Iklim tipe Af memiliki curah
hujan tinggi dan suhu udara panas sepanjang tahun sehingga terdapat banyak
hutan hujan tropik. Contohnya di wilayah Sumatra, Kalimantan, dan Papua.
§
Iklim tipe Am memiliki ciri-ciri
antara lain curah hujan tergantung musim, jenis tanaman pendek dan homogen, dan
hutan homogen yang menggugurkan daunnya ketika kemarau. Wilayah yang beriklim
Am antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Papua bagian
selatan.
§
Iklim tipe Aw memiliki
ciri-ciri antara lain terdapat hutan yang berbentuk sabana, jenis tumbuhan
padang rumput dan belukar, serta pohonnya berjenis rendah. Wilayah ini memiliki
musim kemarau lebih panjang dibandingkan musim hujan. Contohnya terdapat di
wilayah Jawa Timur, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, Kepulauan Aru, dan Papua
bagian selatan.
2)
Iklim Tipe B
(Iklim Kering)
Iklim tipe B memiliki curah hujan rendah dan penguapan
yang tinggi. Di wilayah ini tidak memiliki surplus air dan tidak dijumpai
sungai yang permanen. Wilayah beriklim tipe B dibedakan menjadi tipe Bs (iklim
stepa) dan tipe Bw (iklim gurun).
3)
Iklim Tipe C
(Iklim Sedang Hangat)
Di wilayah yang memiliki tipe C terdapat empat musim,
yaitu musim dingin, semi, gugur, dan panas. Iklim tipe C dibedakan menjadi tiga
sebagai berikut.
§ Iklim tipe Cw, yaitu iklim sedang basah dengan musim dingin yang kering.
§ Iklim tipe Cs, yaitu iklim sedang basah dengan musim panas yang kering.
§ Iklim tipe Cf, yaitu iklim sedang basah dengan hujan dalam semua bulan.
4)
Iklim Tipe D (Iklim Salju Dingin)
Iklim tipe D memiliki suhu udara rata-rata bulan
terdingin < –3° C dan suhu udara rata-rata bulan terpanas > 10° C. Iklim
tipe D dibedakan menjadi dua.
a)
Iklim tipe Df, yaitu iklim dingin
dengan semua bulan lembap.
b)
Iklim tipe Dw, yaitu iklim hutan salju
dingin dengan musim dingin yang kering.
5)
Iklim Tipe E
(Iklim Kutub)
Wilayah beriklim tipe E memiliki ciri tidak mengenal
musim panas, terdapat salju abadi dan padang lumut.
c.
Iklim Menurut Schmidt-Ferguson
Schmidt-Ferguson mengklasifikasikan iklim berdasarkan
jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah. Dikatakan bulan
kering jika dalam satu bulan terjadi curah hujan kurang dari 60 mm. Dikatakan
bulan basah jika dalam satu bulan curah hujannya lebih dari 100 mm. Iklim
Schmidt dan Ferguson didasarkan pada nilai Q. Nilai Q dihitung dengan rumus
sebagai berikut.
Q = Jumlah Rata-Rata Bulan Kering
Jumlah Rata-Rata Bulan
Basah
Nilai Q yang
ditentukan untuk menentukan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson didasarkan
pada tabel berikut.
Klasifikasi Nilai
Q Menurut Schmidt dan Ferguson
Tipe Iklim |
Nilai Q |
Keterangan |
A B C D E F G H |
0 < Q < 0,
143 0,143 < Q <
0,333 0,333 < Q <
0,600 0,600 < Q <
1,000 1,000 < Q <
1,670 1,670 < Q <
3,000 3,000 < Q <
7,000 7,000 < Q |
Sangat basah Basah Agak basah Sedang Agak kering Kering Sangat Kering Luar Biasa Kering |
d.
Iklim Menurut Junghuhn
Klasifikasi iklim Junghuhn didasarkan pada ketinggian
tempat yang dikaitkan dengan jenis tanaman yang dapat tumbuh dan berproduksi
secara optimal di suatu daerah. Iklim Junghun adalah iklim berdasarkan tinggi
tempat dan jenis tanaman yang tumbuh baik. Makin tinggi suatu tempat di
permukaan bumi temperaturnya makin dingin dan tekanan udaranya makin kecil.
Perbedaan tinggi tempat di permukaan bumi menyebabkan perbedaan jenis
tumbuh-tumbuhannya.
Ilmuwan
asal Jerman bernama Junghun membagi empat tingkat daerah tanaman berdasarkan
tinggi tempat sebagai berikut.
§ Daerah panas (tropik)
: tinggi antara 0 - 650 m. Suhu 22o - 26,3oC. Tanaman: padi, tembakau, tebu,
karet, kelapa, dan cokelat.
§ Daerah sedang: tinggi
650 - 1.500 m. Suhu 17,1o - 22oC. Tanaman: padi, tembakau, kopi, teh, cokelat,
dan sayur-sayuran.
§ Daerah sejuk: tinggi
1.500 - 2.500 m. Suhu 11,1o - 17,1oC. Tanaman: kopi, teh, kina, dan
sayur-sayuran.
§ Daerah dingin: tinggi
2.500 m ke atas. Suhu 6,2o - 11,1oC. Tanaman hanya sebangsa lumut.
e.
Iklim Suatu Tempat
Berdasarkan Pembagian Iklim Oldeman
Dalam
pembagian iklim Oldeman lebih menitikberatkan pada banyaknya bulan basah dan
bulan kering secara berturut-turut yang dikaitkan dengan sistem pertanian untuk
daerah-daerah tertentu. Oleh karena itu, penggolongan iklimnya lebih dikenal
dengan sebutan zona agroklimat.Zona agroklimat utama dibagi atas 5 subdivisi,
masing-masing terdiri atas bulan kering berurutan dan bulan basah berurutan
yang dihubungkan dengan masa tanam.
Pembagian
iklim menurut Oldeman:
1)
Tipe A, 9 bulan lebih berturut-turut hujan turun.
2)
Tipe B1, 7-9 bulan basah berturut-turut, satu
bulan kering.
3)
Tipe B2, 7-9 bulan basah berturut-turut, 2-4
bulan kering.
4)
Tipe C1, 5-6 bulan basah berturut-turut, 2-4
bulan kering.
5)
Tipe C2, 5-6 bulan basah berturut-turut, 5-6
bulan kering.
6)
Tipe C3, 5-6 bulan basah berturut-turut, 5-6
bulan kering.
7)
Tipe D1, 3-4 bulan basah berturut-turut, satu
bulan kering.
8)
Tipe D2, 3-4 bulan basah berturut-turut, 2-4
bulan kering.
9)
Tipe D3, 3-4 bulan basah berturut-turut, 5-6
bulan kering.
10) Tipe D4, 3-4
bulan basah berturut-turut, lebih dari 6 bulan kering.
11) Tipe E1, kurang
dari 3 bulan basah berturut-turut dan kurang dari 2 bulan kering.
12) Tipe E2, kurang
dari 3 bulan basah berturut-turut, 2-4 bulan kering.
13) Tipe E3, kurang
dari 3 bulan basah berturut-turut, 5-6 bulan kering.
14) Tipe E4, kurang
dari 3 bulan basah berturut-turut, lebih dari 6 bulan kering.
C.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
Terjadi keadaan kekeringan di australia, termasuk juga di beberapa daerah
indonesia, yidak terlepas dari keadaan-keadaan di samudra pasifik selatan.
Apabila keadaan di pasifik selatan tidak normal, sehingga dapat terjadi
kekeringan atau turun hujan lebat. Keadaan yang menyebabkan kekeringan pada
rentang waktu lama disebut el nino.
Keadaan yang menyebabkan hujan lebat pada rentang waktu lama disebut la nina.
1. El Nino
Pada cuaca yang normal, angin timur di
Samudra Pasifik bertiup ke arah barat dan mendorong air laut hangat ke
permukaan. Akibatnya, air laut di bagian barat samudra lebih hangat 2° C dan
lebih tinggi 40 cm. Di bagian timur samudra air laut dingin menggantikan air
laut hangat. Hal ini menyebabkan udara lembap hangat naik di bagian barat
dengan membawa uap air dan menimbulkan hujan. Udara di bagian timur
yang kering dan dingin, bertiup di pantai Amerika Selatan.
2. La Nina
La Nina memiliki sifat yang berlawanan
dengan El Nino. Arus udara dan arus laut yang saling memperkuat menyebabkan
angin pasat bertiup sangat kencang sehingga air laut hangat mengalir ke arah
barat. Hal ini menyebabkan wilayah Asia, Australia, dan Afrika mengalami musim
hujan yang sangat lebat. Sebaliknya, wilayah Amerika Selatan mengalami kekeringan
yang hebat.
D.
POLA
HUJAN DAN ANGIN DI INDONESIA
Berdasarkan letak dan sifat wilayah
indonesia yang berupa kepulauan terdapat 4 sifat iklim, yaitu:
a.
Suhu udara rata-rata tahunan
tinggi.
b.
Di Indonesia ada angin musim
yang menyebabkan terjadinya musim kemarau dan musim hujan.
c.
Wilayah Indonesia bebas dari
gangguan siklon karena berada pada letak wilayah yang tenang antara 10o LU-
10o LS.
d.
Udara yang sangat tinggi
sehingga menyababkan penguapan yang selalau tinggi pula.
Faktor yang mempengaruhi curah hujan di Indonesia:
a.
Letak daerah konvergensi antar
tropis
b.
Bentuk medan dan arah lereng
medan
c.
Arah angin yang sejajar dengan
pantai
d.
Jarak perjalanan angin di atas
medan datar
e.
Posisi geografis daerahnya
E. POLA UMUM CURAH HUJAN DI INDONESIA
1.
Pantai barat di setiap pulau
memperoleh hujan lebih banyak dari pantai timur
2.
Pulau Jawa, NTB, NTT dan Bali
merupakan berisan pulau yang memanjang dari barat ke timur, sehingga di sebelah
timur curah hujannya lebih sedikit
dibandingkan di sebelah barat
3.
Curah hujan bertambah dari
dataran rendah kea rah pagunungan dengan jumlah terbesar pada ketinggian
600-900 meter
4.
Di daerah pedalaman musim hujan
jatuh pada musim pancaroba.
5.
Bulan maksimum hujan sesuai
dengan DKAT
6.
Saat mulai musim hujan bergeser
dri barat ke timur
7.
Sulawesi selatan bagian timur,
sulawesi tenggara dan Maluku tengah, mulai musim hujan bulan mei dan juni.
F. PERANAN
CUACA DAN IKLIM
Begitu seringnya
data cuaca dipublikasikan melalui berbagai media menunjukkan betapa pentingnya
data cuaca dan iklim bagi kehidupan. Namun demikian, cuaca dan iklim tidak
mutlak menentukan kehidupan baik tumbuh-tumbuhan, hewan, ataupun manusia,
karena hidup mempunyai kemampuan adaptasi terhadap lingkungan. Kehidupan yang
paling banyak dipengaruhi oleh cuaca dan iklim yaitu tumbuh-tumbuhan, terutama
mengenai penyebarannya, baik secara vertikal maupun secara horizontal. Secara vertikal mulai dari daerah
sekitar pantai sampai ke puncak-puncak
gunung terdapat penyebaran jenis tumbuhan yang beranekaragam. Begitu pula secara
horizontal dari daerah sekitar kutub wsampai daerah sekitar khatulistiwa jenis
tumbuh-tumbuhan berbeda. Hal ini menunjukkan penyebaran tumbuh-tumbuhan
dipengaruhi oleh iklim.Kegiatan manusia yang dipengaruhi oleh cuaca dan iklim
antara lain bidang pertanian, perhubungan, dan telekomunikasi.
1.
Peranan Cuaca dan Iklim dalam Kegiatan Pertanian
Kegiatan dalam bidang
pertanian harus memperhatikan faktor iklim. Misalnya dalam menentukan lokasi
atau menentukan waktu tanam yang baik. Tiap jenis tumbuh-tumbuhan membutuhkan
kondisi iklim yang berbeda. Ada tumbuh-tumbuhan yang cocok di daerah paanas,
ada yang cocok di daerah sedang, dan ada yang cocok di daerah sejuk. Demikian
pula dengan kebutuhan akan air. Ada tumbuh-tumbuhan yang hanya dapat tumbuh di
daerah berair seperti eceng gondok dan teratai. Tumbuh jenis ini di sebut Hidrofit
. Ada pula jenis tumbuhan yang dapat hidup di daerah kering seperti kaktus
di gurun pasir. Tumbuh-tumbuhan jenis ini disebut Xerofit. Dalam
menentukan waktu tanam harus pula memperhatikan faktor iklim. Sebagai contoh
kapas ditanam pada saat hujan cukup banyak, tetapi harus diusahakan pada saat
buahnya masak cuaca harus kering, karena hujan dapan merusak serat kapas.
Demikian juga tanaman tebu harus diusahakan agar waktu panen jatuh pada musim
kemarau.
2.
Peranan Cuaca dan Iklim dalam Kegiatan Perhubungan
Kegiatan perhubungan baik
perhubungan darat, laut, dan udara banyak dipengaruhi oleh keadaan cuaca dan
iklim. Cuaca dan iklim yang baik akan memperlancar kegiatan perhubungan. Sebaliknya,
apabila cuaca buruk seperti ada angin ribut, badai, dan kabut tebal dapat
menghambat kelancaran perhubungan terutama perhubungan laut dan udara. Bagi
daerah yang rendah, hujan yang lebat sering menimbulkan banjir yang juga dapat
menghambat perhubungan darat. Ketidaklancaran perhubungan akan mengganggu
kelancaran arus barang sehingga dapat
mengganggu perekonomian.
3.
Peranan Cuaca dan Iklim dalam Bidang Telekomunikasi
Cuaca yang baik berpengaruh pula kepada kelancaran
komunikasi. Cuaca yang buruk akan mengganggu kejelasan komunikasi lewat
telepon. Suara radio dan gambar di televisi tidak jelas bila terjadi badai.
Contoh-contoh diatas menunjukkan pengaruh cuaca dan iklim terhadap kegiatan
manusia seperti pertanian, perhubungan, dan telekomunikasi serta masih banyak
lagi kegiatan-kegiatan yang lain yang dipengaruhi oleh keadaan cuaca dan iklim.
G. GEJALA-GEJALA YANG
TERJADI PADA ATMOSFER
1.
Pelangi
Pelangi merupakan
lengkungan warna spectrum (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu) yang
terjadi akibat sinar matahari dibiaskan oleh titik-titik air yang ada di udara.
Pada pagi hari pelangi akan terlihat di sebelah barat dan sebaliknya sore hari
terlihat si sebelah timur. Pelangi terjadi setelah hujan atau kabut, dan
matahari menampakkan sinarnya kembali.
2.
Kilat
Adalah cahaya
yang keluar karena pertemuan dua muatan listrik yang bertegangan tinggi yang
berlawanan kutub. Pelepasan muatan listrik ini terjadi antara awan dengan awan
yang lain atau antara awan dengan bumi. Cahaya kilat dibarengi guntur, namun
guntur terdengar setelah kilat karena kecepatan cahaya lebih besar dari
kecepatan suara.
3.
Fatamorgana
Di tengah
matahari yang terik, dijalan aspal dan di gurun pasir yang panas sering
terlihat seperti ada genangan air. Gejala seperti itu disebut fatamorgana.
Fatamorgana terjadi akibat pembiasan sinar matahari oleh udara yang berbeda
kerapatannya.
4.
Halo
Pada ,malam hari
yang cerah kadang-kadang terlihat di sekeliling bulan terdapat lingkaran cahaya
berwarna putih dan sedikit warna kemerahan, cahaya itu disebut halo. Halo
terjadi akibat cahaya bulan menembus kristal-kristal es pada awan yang sangat
tinggi. Halo bisa juga terjadi di sekeliling matahari, namun halo matahari
jarang terlihat karena kilauan cahaya matahari jauh lebih kuat.
5.
Aurora
Aurora adalah
fenomena pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer. Aurora
tampak sebagai busur cahaya pada malam hari dari daerah lintang tinggi di atas
65° LU/LS.
Berdasarkan
letaknya, ada 2 macam aurora.
a. Aurora Borealis, yaitu fenomena cahaya yang
terlihat pada malam hari dibelahan bumi utara.
b.
Aurora Australis, yaitu fenomena
cahaya yang terlihat pada malam hari dibelahan bumi selatan.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Udara yang menyelimuti bumi kita disebut atmosfer, yang
memiliki ketebalan ± 1.000 km dari permukaan bumidan ikut berorotasi dengan
bumi. Tidak semua atmosfer yang tebalnya 1.000 km terdapat seluruh peristiwa
cuaca dan iklim. Proses alam seperti suhu, tekanan udara, angin, kelembaban,
awan, hujan dan gejala-gejala lainnya kebanyakan terdapat pada lapisan
pendamping bumi, yaitu troposfer yang memiliki ketebalan rata-rata dari
permukaan bumi kurang lebih 12 km.
Pada
masing-masing lapisan atmosfer mempunyai fungsi yang berbeda-beda terhadap
permukaan bumi.
Lapisan
troposfer merupakan tempat berlangsungnya semua peristiwa cuaca dan iklim,
dapat membantu kehidupan makhluk hidup untuk mempartahankan kelangsungan
hidupnya, serta dapat mempengaruhi unsur-unsur cuaca yang ada di permukaan bumi
dan perubahan iklim secara keseluruhan.
DAFTAR
PUSTAKA
pbcahyono.files.wordpress.com/2012/01/atmosfer.doc/
Di unggah pada hari Senin, 30 april 2012
http://alenmarlissmpn1gresik.wordpress.com/2010/01/10/lapisan-atmosfir-atmosfir-bumi/
Di unggah pada hari Rabu, 2 mei 2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_karbon/
Di unggah Pada hari Rabu, 2 mei 2012
http://pesonageografi.wordpress.com/2011/01/22/manfaat-atmosfer-dalam-kehidupan/
Di unggah Pada hari Rabu, 2 mei 2012
http://iwandahnial.wordpress.com/2011/03/25/debu-alami-mendinginkan-bumi-sekaligus-menghangatkan-atmosfer/
Di unggah pada hari Rabu, 2 mei 2012
http://arinifisikauin.wordpress/2011/04/09/atmosfer/
Di unggah Pada hari Rabu, 2 mei 2012
Komentar
Posting Komentar