Langsung ke konten utama

TUKANG LAS PANGGILAN JOGJA , BANTUL, SLEMAN, KULON PROGO, GUNUNG KIDUL, DAN SEKITARNYA (0877-3960-0999)

  TUKANG LAS PANGGILAN JOGJA , BANTUL, SLEMAN, KULON PROGO, GUNUNG KIDUL, DAN SEKITARNYA  Kami siap datang ke tempat Anda untuk SURVEI LOKASI dan menjelaskan serta konsultasi GRATIS.Silahkan untuk mengirim permintaan SURVEI LOKASI pada kolom yang sudah tersedia atau menghubungi kami melalui Telp/WA:   0877-3960-0999 Kami siap datang ke tempat Anda untuk SURVEI LOKASI dan menjelaskan serta konsultasi GRATIS. Silahkan  menghubungi kami melalui Telp/WA:   0877-3960-0999 

KEPEMIMPINAN ORGANISASI

Makalah Keorganisasian

KEPEMIMPINAN ORGANISASI

Dosen Pengampu : Drs. Saliman, M.Pd

 

Oleh :

1.      Attin Matsna Ulin Nur                        (14416241041)

2.      Puput Wiji Astuti                    (14416241042)

3.      Muhammad Ryan Nur R.        (14416241043)

4.      Siti Nur Kholifah                     (14416241044)

5.      Sri Wulandari                          (14416241045)

6.      Erwin Indrawati                      (14416241046)

7.      Caecilia Erika Pawestri            (14416241047)

8.      Hanif Wira Septiadi                (14416241048)

9.      Catur Mulyantoro                    (14416241049)

10.  Nuraini Julianti                        (14416241050)

 

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Yogyakarta

2015

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi yang relevan. Menampilkan kepemimpinan tidak mengharuskan seseorang yang berada posisi pemimpin formal. Tiga variabel yang ada semua situasi kepemiminaan adalah orang, tugas dan lingkungan. Pemimpin adalah teladan yang dicontoh oleh para anggotanya (John M. Ivancevich, 2007: 193).

Dalam sebuah organisasi (John M. Ivancevich, 2007: 193) ada 3 hal penting harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu prang yang dipimpin, tugas yang dijalankan oleh orang-orang tersebut dan lingkungan tempat orang dan tugas tersebut berada. Perjalanan sebuah organisasi dalam mencapai tujuan atau cita-cita pasti ada beberapa hambatan atau masalah yang ingin mencoba seberapa kuat organisasi tersebut dapat bertahan. Seorang pemimpin mampu merangkul bawahan dengan sikap yang baik dan tidak berdikriminasi.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?

2.      Bagaimana ciri-ciri antara pemimpin dan kepemimpinan?

3.      Bagaimana teori tentang kepemimpinan?

4.      Bagaimana fungsi kepemimpinan dalam sebuah organisasi?

5.      Bagaimana tipe kepemimpinan dalam sebuah organisasi?

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan

2.      Untuk mengetahui perbedaan antara pemimpin dan kepemimpinan.

3.      Untuk mengetahui teori tentang kepemimpinan.

4.      Untuk mengetahui fungsi kepemimpinan dalam sebuah organisasi.

5.      Untuk mengetahui tipe kepemimpinan dalam sebuah organisasi.

Daftar Isi

Halaman Cover 1

BAB I PENDAHULUAN.. 2

A.   Latar Belakang. 2

B.    Rumusan Masalah. 2

C.    Tujuan. 2

BAB II PEMBAHASAN.. 4

A.   Pengertian Kepemimpinan. 4

B.    Pemimpin dan Kepemimpinan. 5

C.    Ciri-ciri Pemimpin. 6

D.   Nilai-nilai Kepemimpinan. 8

E.    Tingkat Efek Kepemimpinan terhadap Kinerja. 9

F.    Kepemimpinan dan Perilaku. 9

G.   Hal-hal yang  Menyebabkan Seseorang menjadi Pemimpin. 11

H.   Teori Kepemimpinan. 12

I.     Fungsi Kepemimpinan. 14

J.     Tipe Kepemimpinan. 17

BAB III PENUTUP. 23

Kesimpulan. 23

 

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kepemimpinan

Kepemimimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Beberapa definisi yang dikemukakan para ahli:

1.      Koonts & O’donnel (1986), mendefinisikan kepemimpinan sebagi proses memengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.

2.      Wexley & Yuki (1977), kepemimpinan mengandung arti memengaruhi orang lain untuk lebih berusaha ke tenaga, dalam tugasnya atau mengubah tingkah laku mereka.

3.      Georger R. Terry (1983), kepemimpinan adalah kegiatan memengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.

Pendapat lain, kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara memengaruhi orang atau sekelompok orang.

4.      Thoha (1983), kepemimpinan adalah aktivitas untuk memengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.

5.      Robbins (2001), kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.

6.      Fieldler (1967), kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan.

7.      Jhon Pfiffner (1953), kepemimpinan adalah kemampuan mengoordinasikan dan memotivasi orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

8.      Davis (1977), mendefinisikan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengajak orang lain mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat.

9.      Ott (1996), kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses hubungan antarpribadi yang didalamnya seseorang memengaruhi sikap, kepercayaan, dan khususnya perilaku orang lain.

(Veithzal Rivai dkk, 2004: 3-4)

B.     Pemimpin dan Kepemimpinan

Pemimpin dan kepemimpinan adalah ibarat sekeping mata uang logam yang tidak bisa di pisahkan, dalam artian bisa dikaji secara terpisah namun harus dilihat sebagai satu kesatuan. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan, dan jiwa kepemimpinan yang dimiliki dari seorang pemimpin tidak bisa diperoleh dengan cepat dan segera namun sebuah proses yang terbentuk dari waktu ke waktu hingga akhirnya mengkristal dalam sebuah karakter.

Gary Yull (1998) dalam Brantas (2009) membantu kita dengan melakukan klasifikasi definisi pemimpin dam kepemimpinan, yaitu:

(1)   Pendekatan berdasarkan ciri. Dasar dari pendekatan ini adalah asumsi bahwa beberapa orang merupakan pemimpin dengan beberapa ciri yang tidak dimiliki oleh orang lain.

(2)   Pendekatan berdasarkan perilaku. Pendekatan ini merupakan kritisi terhadap generasi pertama pendekatan berdasarkan cirri.

(3)   Pendekatan ituasional. Pendekatan ini menekankan pada pentingnya factor-faktor kontekstual.

Kepemimpinan merupakan satu aspek penting dalam organisasi yang merupakan faktor penggerak organisasi melalui penanganan perubahan dan manajemen yang dilakukan, sehingga keberadaan pemimpin bukan hanya sebagai symbol yang ada atau tidaknya tidak menjadi masalah, tetapi keberadaannya member dampak positif bagi perkembangan organisasi.

Dorongan dan semangat kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin mampu menggerakan suatu organisasi kea rah yang diinginkan, namun begitu pula sebaliknya jika kualitas dan kompetensi seorang pemimpin adalah belum mencukupi untuk membantu mendorong ke arah kemajuan maka artinya pemimpin tersebut hanya memimpin dengan tujuan untuk pribadinya dan bukan untuk tujuan keinginan organisasi (Irham Fahmi, 2012: 58-60).

C.    Ciri-ciri Pemimpin

Untuk mewujudkan seseorang menjadi pemimpin ( Irham Fahmi, 2012: 60) yang ideal dibutuhkan syarata-syarat yang menggambarkan dalam bentuk ciri-ciri yang dimiliki. Adapun ciri-ciri untuk menajdi seorang pemimpin adalah :

1.      Memiliki kompetensi yang sesuai zamannya, artinya kompetensi yang dimilikinya sangat berguna untuk diterapkan pada saat itu, dan kompetensi tersebut diakui oleh banyak pihak serta pakar khususnya. Misalnya pada saat situasi ekonomi sedang mengalami fluktuasi dan inflasi yang tidak diharapkan, maka pemimpin perusahaan masih mampu mempertahankan perusahaan dengan segala karyawan yang dimiliki. Artinya pemimpin perusahaan tetap tidak ingin memberhentikan sebagian karyawan (PHK), menurunkan gaji karyawan, pemutusan kerja karyawan kontrak, dan sejenisnya karena faktor penjualan perusahaan mengalami penurunan, jikapun penghematan atau efisiensi ingin dilakukan maka itu cukup dengan pembatasan penggunaan AC (air conditioner), penggunaan telepon kantor, pembatasan penggunaan kendaraan dinas yang hanya boleh dipakai pada saat-saat sangat pentinng saja, dan lainnya. Sehingga kebersamaan dan loyalitas antara karyawan dengan pimpinan tetap tinggi.

2.      Memahami setiap permasalahan secara lebih dalam dibanding dengan orang lain, serta mampu memberikan keputusan terhadap permasalahan tersebut.

3.      Mampu menerapkan the right man and the right place secara tepat dan baik. The right man and the right place adalah menempatkan orang sesuai dengan tempatnya dan kemampuan atau kompetensi yang dimilikinya.

Untuk memahami lebih dalam tentang ciri-ciri pimpinan ada baiknya kita melihat pendapat yang di kemukakan oleh George R. Tarry. Geroge R. Terry mengemukakan delapan ciri dari pimpinan, yaitu :

(1)   Energi mempunyai kekuatan mental dari fisik.

(2)   Stabilitas emosi seorang pimpinan tidak boleh berprasangka jelek terhadap bawahannya, ia tidak boleh cepat marah percaya pada diri sendiri harus cukup besar.

(3)   Human Relationship mempunyai pengetahuan tentang hubungan manusia.

(4)   Personal motivation keinginan untuk menjadi pimpinan harus besar dan dapat memotivasi diri sendiri.

(5)   Communication skill mempunyai kecakapan untuk berkomunikasi.

(6)   Teaching skill mempunyai kecakapan untuk mengajarkan, menjelaskan dan mengembangkan bwahannya.

(7)   Social skill mempunyai keahlian di bidang sosial, supaya terjamin kepercayaan odan kesetiaan bawahannya. Ia harus suka menolong. Senang jika bawahannya maju, peramah serta luwes dalam peragaulan.

(8)   Technical competent. Mempunyai kecakapan menganalisi, merencanakan, mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, mengambil keputusan dan mampu menyusun konsep.

D.    Nilai-nilai Kepemimpinan

Menurut Brantas kepemimpinan tidak dapat terlepas dari nilai – nilai yang dimiliki oleh pemimpin seperti diungkapkan oleh Guth dan Taguin (dalam Salusu, 2000), yaitu :

1)      Teoritis, yaitu niai-nilai yang berhubungan dengan usaha mencari kebenaran dan mencari pembenaran secara rasional.

2)      Ekonomis, yaitu yang tertarik pada aspek-aspek kehidupan yang penuh keindahan, menikati setiap peristiwa untuk kepentingan sendiri.

3)      Sosial, menaruh belas kasihan pada orang lain, simpati, dan tidak mementingkan diri sendiri.

4)      Politis, berorientasi pada kekuasaan dan melihat kompetisi sebagai faktor yang sangat vital dalam kehidupannya.

5)      Religius, selalu menghubungkan setiap aktivitas dengan kekuasaan sang pencipta.

Nilai – nilai yang dimiliki oleh pemimpin dari kelima tersebut pada prinsipnya bisa bertambah lebih banyak lagi dari pada itu, namun secara umum dapat disebut hanya lima saja. Seperti kita dapat menambahkan beberapa lagi yang bisa kita jadikan bahan renungan dalam melihat nilai – nilai pemimpin, yaitu :

a.       Sikap bijaksana. Sikap bijaksana ini menyangkut dengan  kemampuan dalam pengambilan keputusan yang tidak berat sebelah, namun keputusan yang diambil adalah memikirkan banyak segi dan seimbang atau balance.

b.      Kesetiakawanan yang tinggi. Nilai kesetiakawanan yang tinggi menunjukan pemimpin tersebut memiliki loyalitas tinggi pada sesama rekan kerja bahkan para karyawannya. Kadang kala kita menemukan ada pemimpin yang egonya tinggi dan mementingkan dirinya tanpa menghiraukan bahwa keputusannya telah memiliki muatan hianat pada yang lainnya (Irham Fahmi, 2012: 64).

E.     Tingkat Efek Kepemimpinan terhadap Kinerja

Pertama, orang-orang yang terpilih sebagai pemimpin yang memiliki kesamaan latar belakang, pengalaman dan kualifikasi. Kesamaan di pemimpin memiliki latar belakang, pengalaman dan kualifikasi. Kesamaan diantara individu yang terpilih sebagai pemimpin akan mengurangi perbedaan karakteristik yang ditunjukan oleh para pemimpin tersebut.

Kedua, seorang pemmpin bahkan pada level yang tertinggi, tidak memiliki kontrol uniteral terhadap sumber daya. Keputusan yang besar tetap harus mendapat persetujuan, penelaahan ulang, atau modifikasi dari pihak lain.

Ketiga banyak faktor yang tidak bisa dikontrol oleh pemimpin. Pasar tenaga kerja, faktor lingkungan dan kebijakan perundangan seringkali berada di luar kontrol langsung pemimpin (John M. Ivancevich, 2007: 195).

F.     Kepemimpinan dan Perilaku

Dalam mengembangkan dan memajukan suatu organisasi, manajer dengan pengaruh kepemimpinan yang dimilikinya berkewajiban untuk memahami setiap perilaku untuk yang berada di lingkungan kerjanya.

Richard L. Daft menjelaskan ada tiga bentuk kekuatan yang harus dimiliki seorang manajer dalam mewujudkan suatu perilaku yang diinginkan oleh konsep manajemen, yaitu:

1.      Kekuatan legitimasi, kekuatan yang berasal dari posisi manajemen formal dalam sebuah organisasi dan otoritas yang diberikan padanya.

2.      Kekuatan penghargaan. Jenis kekuatan lain adalah kekuatan penghargaan  (reward power), berasal dari otoritas untuk memberi penghargaan kepada orang lain.

3.      Kekuatan koersif. Adalah kekuatan koersif (coercive power), ini mengacu pada (coercive power), ini mengacu pada otoritas untuk menghukum atau merekomendasikan hukuman.

Dengan ketiga bentuk kekuatan ini maka bagi pihak menajer berusaha untuk mengelola berbagai perilaku karyawan agar tercapai bentuk ketaatan dalam bekerja. Ketaatan berarti bahwa pekerja akan mengindahkan perintah dan melaksanakan instruksi, sekalipun secara pribadi mereka tidak setuju dan tidak antusias. Kerena yang harus dihindari oleh pihak manajer adalah para karyawan  melakukan penghindaran  pekerjaan dengan alasan-alasan yang tidak jelas.

Jika tugas pekerjaan yang harusnya dijalankan oleh para karyawan secara tulus, ikhlas, dan taat namun ternyata tidak terlaksana secara yang diharapkan. Maka seorang pimpinan harus mencari tahu apa yang menyebabkan itu bisa terjadi. Ini artinya tingkat kekompakan dalam pekerjaan telah terjadi penurunan, dan jika dibiarkan akan membahayakan organisasi secara lebih jauh. Oleh karena itu, seorang pimpinan perlu memikirkan bagaimana menjalankan dan mewujudkan kelompok kerja yang efektif.

Seorang pimpinan dalam mengarahkan para karyawan dalam melaksanakan pekerjaan tidak harus dilakukan atas dasar perintah dan sanksi yang akan diterima, namun seorang pimpinan juga harus mengedepankan sikap kewibawaan yang teraplikasi dalam bentuk personal power (kekuatan pribadi) yang dimilikinya (Irham Fahmi, 2012: 66-69).

Karakteristik Pribadi Pimpinan

Karakteristik Fisik

Kepribadian

Karakteristik Sosial

Aktivitas

 

Energi

 

Latar belakang sosial

 

Mobilitas

 

 

Inteligensia dan kemampuan

Penilaian, ketegasan

 

Pengetahuan

 

Kepandaian berpidato

Kesiapan

 

Orisinalitas, krativitas, integritas pribadi, etika

Percaya diri

 

 

Karakteristik yang berhubungan dengan kerja

Dorongan pencapaian, hasrat untuk mengungguli

Dorongan untuk bertanggung jawab

Tanggung jawab mengejar tujuan

Orientasi tugas

Kemampuan untuk memperoleh kerja sama

Kebersamaan popularitas, martabat

Sosialitas, keterampilan interpersonal

Partisipasi sosial

Kebijaksanaan, diplomasi

 

G.    Hal-hal yang  Menyebabkan Seseorang menjadi Pemimpin

Pada saaat seseorang menjadi pemimpin, maka itu kadang kala tidak diperoleh begitu saja akan tetapi ada latar belakang atau hal-hal yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin. Hal-hal yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin adalah sebagai berikut :

1.      Tradisi/warisan : seseorang menjadi pemimpin, karena warisan/keturunan, misalnya raja atau ratu Inggris, dan Belanda.

2.      Kekuatan pribadi baik karena alasan fisik maupun karena kecakapannya.

3.      Pengangkatan atasan : seseorang menjadi pemimpin, karena diangkat oleh pihak atasannya.

4.      Pemilihan : seseoranhg menjadi pemimpin, karena berdasarkan konsep penerimaan/acceptance theory anda menjadi pemimpin dan kami akan mentaati instruksi anda.

Dari empat hal mendasar yang mendasari seseorang menjadi pemimpin tersebut posisi yang paling riskan adalah tradisi/warisan. Ini terjadi disebabkan karena kepemimpinan yang diperoleh bukan karena hasil pengayaan dirinya sendiri namun lebih karena hubungan darah atau keturunan. Dimana pada kenyataannya sangat sering terjadi bahwa setiap orang belum tentu memiliki konsep dan talenta yang sama dengan orang tuanya. Sehingga beberapa kemunduran organisasi salah satu penyebabnya karena generasi selanjutnya memiliki bakat dan sudut pandang yang berbeda dengan generasi sebelumnya, termasuk sudut pandang dalam memahami ilmu manajemen (Irham Fahmi, 2012:70).

H.    Teori Kepemimpinan

Teori kepemimpinan (Irham Rivai, 2012: 6-9) membicarakan bagaimana seseorang menjadi pemimpin atau bagaimana  timbulnya seorang pemimpin.

1.      Teori Kelebihan

            Teori ini beranggapan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin apabila ia memiliki kelebihan dari para pengikutnya. Kelebihan yang harus dimiliki seorang pemimpin mencakup tiga hal. Pertama, kelebihan ratio  ialah kelebihan menggunakan pikiran dan kelebihan dalam pengetahuan tentang cara-cara menggerakkan organisasi serta dalam pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Kedua, kelebihan rohaniah artinya seorang pemimpin harus mampu menunjukkan keluhuran budi pekertinya kepada bawahannya. Ketiga, kelebihan badaniah, ialah seorang pemimpin hendaknya memiliki kesehatan badaniah yang lebih dari para pengikutnya sehingga memungkinkan untuk bertindak cepat (Wursanto, 2003 dalam Rivai, 2014: 6-7).

2.      Teori Sifat

            Teori sifat menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin yang baik apabila memiliki sifat-sifat yang lebih daripada yang dipimpinnya. Seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifatyang positif seperti: adil, suka melindungi, penuh percaya diri, penuh inisiatif, mempunyai daya tarik, energik, persuasif, komunikatif, dan kreatif. Keith Davis menyimpulkan bahwa terdapat empat sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi yaitu: (1) Kecerdasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan pemimpin lebih tinggi dari yang dipimpin; (2) Kedewasaan dan keleluasaan hubungan sosial, para pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil serta mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial; (3) Motivasi dan dorongan berprestasi , para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi; (4) Sikap-sikap hubungan kemanusiaan, para pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya.

3.      Teori Keturunan

Teori yang menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena keturunan atau warisan. Karena orang tuanya seorang pemimpin, maka anaknya otomatis akan menjadi pemimpin menggantikan orang tuanya, seolah-olah seseorang dapat menjadi pemimpin karena ditakdirkan (Wursanto, 2003 dalam Rivai, 2014: 7).

4.      Teori Karismatik

            Menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena mempunyai karisma (pengaruh) yang sangat besar. Karisma tersebut diperoleh dari Kekuatan Yang Maha Kuasa.

5.      Teori Bakat

            Teori ini disebut juga dengan teori ekologis, menyatakan bahwa pemimpin itu lahir dari bakat yang dimilikinya. Ia menjadi pemimpin karena mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin. Bakat kepemimpinan tersebut harus dikembangkan misalnya dengan memberi kesempatan orang tersebut untuk menduduki suatu jabatan (Wursanto, 2003 dalam Rivai, 2014: 8).

6.      Teori Sosial

            Teori ini beranggapan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat menjadi pemimpin. Setiap orang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin asalkan dia diberi kesempatan. Setiap orang dapat dididik menjadi pemimpin karena masalah kepemimpinan dapat dipelajari, baik melalui pendidikan formal maupun melalui pengalaman (Wursanto, 2000 dalam Rivai, 2014: 8).

7.      Teori Kelompok

            Teori yang beranggapan bahwa supaya kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif di antara pemimpin dan pengikut-pengikutnya. Dasar perkembangan teori kelompok ini adalah psikologi sosial (Miftah Thoha, 2003 dalam Rivai, 2014: 8).

8.      Teori Situasional

            Menyatakan bahwa beberapa variabel-situasional mempunyai pengaruh terhadap peranan kepemimpinan, kecakapan, dan perilakunya termasuk pelaksanaan kerja dan kepuasan para pengikutnya. Beberapa varaibel situasional diidentifikasikan, tetapi tidak semua ditarik oleh situasional ini (Miftah Thoha, 2003) dalam Rivai, 2014: 8.

9.      Model Kepemimpinan Kontingensi

            Ditemukan oleh Fiedler sebagai hasil pengujian hipotesis yang telah dirumuskan dari penelitiannya dahulu. Model ini berisi tentang hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang menyenangkan dalam hubungannya dengan dimensi-dimensi empiris berikut ini: (1) Hubungan pimpinan-anggota. Variabel ini sebagai hal yang paling menentukan dalam menciptakan situasi yang menyenangkan; (2) Derajat dari struktur tugas. Dimensi ini merupakan urutan kedua dalam menciptakan situasi yang menyenangkan; (3) Posisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otoritas formal. Dimensi ini merupakan urutan ketiga dalam menciptakan situasi yang menyenangkan (Miftah Thoha, 2003 dalam Rivai, 2014: 9).

I.       Fungsi Kepemimpinan

Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan berada diluar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok/organisasinya.

Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok/organisasinya, akan lebih terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya. Fungsi kepemimpinan itu memiliki dua dimensi sebagai berikut:

1.      Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.

2.      Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemimpin.

Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara oprasional dapat dibedakan menjadi lima fungsi pokok kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan tersebut adalah:

a.       Fungsi Instruktif

Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya pada orang-orang yang dipimpin. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan di mana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah. Inisiatif tentang segala sesuatu yang ada kaitannya dengan perintah itu, sepenuhnya merupakan fungsi pemimpin.

b.      Fungsi konsultatif

Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah, meskipun pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pemimpin. Pada tahap pertama dalam usaha merupakan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskan untuk berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi itu dapat dilakukannya secara terbatas hanya dengan orang tertentu saja yang dinilainya mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukannya dalam menetapkan keputusan.

c.       Fungsi Partisipasi

Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan dan sesama orang yang dipimpin. Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.

d.      Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan  memberikan pelimpahan wewenang membuang/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pemimpin. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya.funsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan.

e.       Fungsi Pengendalian

Fungsi ini cenderung bersifat komunikasi satu arah, meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi dua arah. Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu berarti fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan (Hadad Nawawi dan M Martini Hadari, 1995: 74-83).

J.      Tipe Kepemimpinan

Menurut Nawawi, Hadari & Hadari, Martini, (1995: 83 – 109) Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, ketiga pola dasar dalam gaya kepemimpinan tersebut yaitu:

1.      Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaantugas secara efektif dan efisien, agar mampu mewujudkan tujuan secara maksimal. Pemimpin menaruh perhatian yang besar dan memiliki keinginan yang kuat, untuk melaksanakan tugas – tugasnya, tanpa campur tangan orang lain. Pemimpin  berasumsi bahwa bilamana setiap anggota melaksanakan tugas – tugasnya secara efektif dan efisien, pasti akan dicapai hasil yang diharapkan sebagai penggabungan hasil yang dicapai masing – masing anggota. Keserasian hasil setiap anggota dengan tujuan bersama tidak dipersoalkan, karena yang penting bagi pemimpin setiap anggota sibuk melaksanakan tugasnya.

2.      Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan hubungan kerja sama. Pemimpin menaruh perhatian yang besar dan memiliki keinginan yang kuat, agar setiap orang mampu menjalin kerja sama, dalam melaksanakan tugas-tugasnya masing-masing, yang tidak dapat dilepaskan dari kebersamaan di dalam suatu unit atau organisasi sebagai satu kesatuan. Setiaporang harus mampu menjalin kerja sama dengan para pimpinan, baik yang menjadi atasan langsung maupun pimpinan unit lain.

3.      Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang dapat dicapai dalam rangka mewujudkan tujuan kelompok/organisasi. Pemimpin menaruh perhatian yang besar dan memiliki keinginan yang kuat, agar setiap anggota berprestasi sebesar – besarnya. Pimpinan memandang produk (hasil) yang dicapai merupakan ukuran prestasi kepemimpinannya.

 

Ketiga pola dasar/tipe pokok itu dalam praktiknya saling isi-mengisi atau tunjang-menunjang atau berkombinasi secara bervariasi, yang disesuaikan dengan situasinya, yang akan menghasilkan kepemimpinan yang efektif. Dengan kata lain kepemimpinan yang efektif tidak mungkin secara murni. Untuk kepentingan teoritis di bawah ini diketengahkan satu persatu ketiga tipe pokok kepemimpinan tersebut:

1.      Tipe Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau sekelompok kecil orang yang di antara mereka tetap ada seseorang yang paling berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Orang-orang yang dipimpin yang jumlahnya lebig banyak, merupakan pihak yang dikuasai, yang disebut bawahan atau anak buah.

Kepemimpinan dengan tipe otoriter berlangsung dengan bentuk “working on his group” karena pemimpin menempatkan dirinya di luar anggota kelompoknya. Pemimpin merasa dirinya mempunyai hak istimewa, dan harus diistimewakan oleh bawahannya.

Kepemimpinan otoriter bilamana melimpahkan wewenang dan tanggung jawab, tidak akan lebih daripada wewenang dan tanggung jawab melaksanakan instruksi/perintah. Wewenang dan tanggung jawab mungkin dilimpahkan secara khusus dalam bidang pengawasan, yang merupakan alat atau pembantu pemimpin untuk menjaga agar instruksnya dilaksanakan secara tepat sesuai dengan yang dikehendakinya.

2.      Tipe Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire)

Tipe kepemimpinan ini cenderung didominasi oleh perilaku kepemimpinan pembelot (deserter). Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan (berbuat) menurut kehendak dan kepentingan msing – masing, baik secara perseorangan maupun berupa kelompok – kelompok kecil.

Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat, yang dilakukan dengan memberi kesempatan untuk berkompromi atau bertanya bagi anggota kelompok yang memerlukannya. Dalam keadaan seperti itu setiap terjadi kekeliruan atau kesalahan, maka pimpinan selalu berlepas tangan karena merasa tidak ikut serta menetapkannya menjadi keputusan atau kegiatan yang dilaksanakan kelompok/organisasinya.

Tipe kepemimpinan ini terlihat pada bangsa yang menganggap raja  dan keturunannya merupakan wakil Tuhan atau Dewa, sehingga dalam keadaan apa pun harus menjadi pemimpin negaranya.

3.      Tipe Kepemimpinan Demokratis

Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiapkelompok/organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dan perilaku cenderung memajukan dan mengembangkan kelompok/organisasi.

Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah. Kegiatan – kegiatan pengendalian dilaksanakan secara tertib dan bertanggung jawab. Pembagian tugas – tugas yang disertai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif.

Kepemimpinan tipe ini dalam mengambil keputusan – keputusan sangatmementinkan musyawarah. Yang diwujudkan dalam setiap jenjang dan di dalam unit masing – masing. Dengan demikian dalam pelaksanaan setiap keputusan tidak dirasakan sebagai kegiatan yang dipaksakan, justru sebaliknya semua merasa terdorong mensukseskannya sebagai tanggung jawab bersama. Setiap anggota kelompok/organisasi merasa perlu aktif bukan untuk kepentingan dirinya atau beberapa orang tertentu, tetapi untuk kepentingan bersama.

Pemimpin dengan tipe demokratis dihormati dan disegani, karena mampu mengembangkan, memelihara, dan menjaga kewibawaan, atas dasar hubungan manusiawi yang efektif. Dalam hubungan seperti itu, setiap instruksi/perintah yang diberikannya terasa sebagai ajakan, untuk berbuat sesuatu  yang bermanfaat bagi kepentingan bersama.

Pemimpin dengan tipe demokratis menaruh perhatian penuh pada setiap gagasan anggota kelompok/organisasinya. Dengan demikian akan akan selalu terjadi pertemuan gagasan, yang dapat menghasilkan keputusan terbaik untuk dilaksanakan. Keputusan seperti itu tidak saja efektif untuk memotivasi agar bekerja, tetapi berguna juga dalam menumbuhkan rasa kebersamaan. Dalam kebersamaan itu akan terwujud kesediaan bekerja sama secara efektif dan efisien, yang berpengaruh langsung pada peningkatan produktivitas kerja.

 

Tipe kepemimpinan pelengkap itu terdiri dari:

1.      Tipe Kepemimpinan Kharismatik

Tipe kepemimpinan kharismatik dapat diartikan sebagai “kemampuan menggerakkan orang lain dengan mendayagunakan keistimewaan atau kelebihan dalam sifat/aspek kepribadian yang dimiliki pemimpin. Sehingga menimbulkan rasa hormat, segan dan kepatuhan pada orang – orang yang dipimpinnya.

Keistimewaan kepribadian yang umum dimiliki pemimpin tipe ini adalah akhlak yang terpuji, sehingga perilaku pemimpinannya terarah sepenuhnya pada kepentingan orang – orang yang dipimpin, baik secara perseorangan maupun kelompok dan keseluruhan organisasinya.

2.      Tipe Kepemimpinan Simbol

Tipe kepemimpinan ini menempatkan seseorang pemimpin sekedar sebagai lambang/simbol, tanpa menjalankan kegiatan kepemimpinan yang sebenarnya. Penempatan itu disebabkan oleh berbagai alasan/sebab yang berhubungan dengan kepentingan kelompok/organisasi.

Pemimpin sebagai simbol pada dasarnya tidak menjalankan fungsi kepemimpinan, namun kedudukannya itu tidak dapat dan tidak boleh digantikan orang lain. Pemimpinan yang berstatus sebagai lambang itu diperlukan untuk memelihara dan mempertahankan stabilitas organisasi.

3.      Tipe Pengayon (Headmanship)

Tipe kepemimpinan ini dijalankan dengan melakukan kegiatan kepeloporan, kesediaan berkurban, pengabdian, melindungi, dan selalu melibatkan diri dalam usaha memecahkan masalah perseorangan atau kelompok. Tipe kepemimpinan ini diwujudkan secara bervariasai antara ketiga tipe utama otoriter, kepemimpinan bebas, dan demokratis.

4.      Tipe Pemimpin Ahli (Expert)

Tipe kepemimpinan ini bertolak dari asumsi bahwa kegiatan yang menjadi bidang garapan suatu organisasi/kelompok, hanya akan berlangsung efiktif dn efisien, bilamana dipimpin oleh seseorang yang memiliki keahlian dalam bidang tersebut. Kepemimpinan harus dijalankan oleh seseorang yang memiliki keterampilan atau keahlian tertentu yang sesuai dengan bidang garapan atau yang dikelola oleh organisasi/kelompoknya.

Tipe kepemimpinan ini dalam penerapannya cenderung pada tipe otoriter, karena setiap keputusan dan perintah yang ditetapkan berdasarkan keahlian/keterampilan khusus, harus dilaksanakan tanpa dirubah, diperbaiki, dan disempurnakan.

5.      Tipe Kepemimpinan Organisatoris dan Administrator

Tipe ini dijalankan oleh para pemimpin yang senang dan memiliki kemampuan mewujudkan dan membina kerja sama, yang pelaksanaannya berlangsung secara sistematis dan terarah pada tujuan yang jelas. Tipe ini merupakan kepemimpinan yang mampu mendayagunakan dan memanfaatkan orang – orang yang dipimpin agar bergerak kearah pencapaian tujuan. Tipe kepemimpinan ini banyak ditemuai di lingkungan organisasi formal, terutama berupa instansi pemerintah.

6.      Tipe Kepemimpinan Agitator

Tipe kepemimpinan ini diwarnai dengan kegiatan pemimpin dalam bentuk tekanan –tekanan, adu domba, memperuncing perselisihan, menimbulkan dan memperbesar perpecahan/pertentangan, dll, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri.

Pemimpin memiliki kemampuan yang tinggi dalam menciptakan dan memanfaatkan pertentangan di antara anggota organisasi/kelompok. Bersamaan dengan itu pemimpin juga memiliki kemampuan untuk mendapatkan simpati dari pihak-pihak yang bertentangan, karena masing-masing mengira pimpinan berada di pihaknya. Kepemimpinan tipe banyak ditemuai di lingkungan organisasi di bidang politik.

Tipe kepemimpinan ini cenderung bersifat kepemimpinan bebas (laissez faire), karena dalam organisasi yang tidak stabil, semua orang mungkin saja membuat keputusan dan melakukan kegiatan yang bertujuan menyabot atau merintangi kegiatan orang lain.

 

 

 

 

 

 


 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kepemimimpinan (Veithzal Rivai dkk, 2004: 3-4) merupakan titik sntral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Pemimpin dan kepemimpinan adalah ibarat sekeping mata uang logam yang tidak bisa di pisahkan, dalam artian bisa dikaji secara terpisah namun harus dilihat sebagai satu kesatuan. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan, dan jiwa kepemimpinan yang dimiliki dari seorang pemimpin tidak bisa diperoleh dengan cepat dan segera namun sebuah proses yang terbentuk dari waktu ke waktu hingga akhirnya mengkristal dalam sebuah karakter (Irham Fahmi, 2012: 58-60).

Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan berada diluar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok/organisasinya. Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok/organisasinya, akan lebih terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya (Hadad Nawawi dan M Martini Hadari, 1995: 74-83).

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Teori, Kasus  dan Solusi. Bandung: Alfabeta.

M. Ivancevich, John. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Nawawi, Hadari dkk. 1995. Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rivai, Veithzal dkk. 2014. Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Rajawali Press.  

 

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perencanaan dan Persiapan Rapat

Nama    : Nuraini Juliati NIM     : 14416241050 Prodi    : Pendidikan IPS/A Makul   : Dasar-dasar administrasi Perencanaan Dan Persiapan Rapat  Dalam rangka menyelenggarakan rapat, ada beberapa prinsip dasar yang dapat dijadikan pedoman atau pegangan dalam mempersiapkannya, yaitu sebagai berikut : Why? Mengapa rapat perlu diselenggarakan? Hal ini untuk menentukan urgensi dari rapat tersebut.   What? Apa masalah yang akan dibicarakan dalam rapat? Hal ini untuk mempersiapkan agenda rapat   Who? Siapa saja yang akan diundang dalam rapat tersebut? Hal ini untuk menentukan peserta rapat yang diundang   Where? Di mana rapat akan diselenggarakan? Hal ini untuk menentukan tempat penyelenggaraan rapat.   When? Kapan rapat akan diselenggarakan? Hal ini untuk menentukan hari, tanggal dan waktu rapat akan diselenggarakan   How? Bagaimana rapat akan diselenggarakan ? hal ini untuk menentukan apakah rapa...

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MESIN BENSIN DAN MESIN DIESEL

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MESIN BENSIN DAN MESIN DIESEL A.     Mesin Bensin 1.       Karakteristik mesin bensin a.        Menggunakan Bahan Bakar Bensin b.       Memiliki Karburator c.        Memiliki busi d.       Terdapat Distributor e.        Tekanan kompresi 9Kg/cm2 f.        Temperatur 200o C g.       Pembakarannya Gas terbakar oleh Api dari Busi 2.       Kelebihan mesin bensin a.        Untuk akselerasi mesin jauh lebih responsif, sehingga untuk mendahului kendaraan lain dapat lebih mudah dicapai. b.       Suara yang dihasilkan saat mesin mulai start hingga berakselerasi terdengar lebih halus. c.        Tingkat ...

LAPORAN KKN (KULIAH KERJA NYATA)

LAPORAN INDIVIDU KULIAH KERJA NYATA (KKN) SEMESTER KHUSUS TAHUN AKADEMIK 2016/2017 KELOMPOK B120   Dusun Rejosari, Desa Soronalan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang   Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan dalam Mata Kuliah Kuliah Kerja Nyata (KKN) Dosen Pembimbing Lapangan : Drs.Marwanto, M.Hum.       Disusun oleh : Nama : Nuraini Juliati NIM : 14416241050 Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial Jurusan/Prodi : Pendidikan IPS/Pendidikan IPS     LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 HALAMAN PENGESAHAN   KATA PENGANTAR   Assalamualaikum Warahmatullaahi Wabarokaatuh.             Alhamdulillah, segala puji d...