TUKANG LAS PANGGILAN JOGJA , BANTUL, SLEMAN, KULON PROGO, GUNUNG KIDUL, DAN SEKITARNYA Kami siap datang ke tempat Anda untuk SURVEI LOKASI dan menjelaskan serta konsultasi GRATIS.Silahkan untuk mengirim permintaan SURVEI LOKASI pada kolom yang sudah tersedia atau menghubungi kami melalui Telp/WA: 0877-3960-0999 Kami siap datang ke tempat Anda untuk SURVEI LOKASI dan menjelaskan serta konsultasi GRATIS. Silahkan menghubungi kami melalui Telp/WA: 0877-3960-0999
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pembelajaran
yang ada pada saat ini banyak yang menyoroti, karena sekolah kurang mampu
memberikan landasan pendidikan yang bermutu kepada siswa melalui pemebelajaran
di sekolah. Melalui sekolah siswa dipersiapakan untuk menjadi SDM yang
berkualitas, namun yang terjadi pada saat ini sekolah hanya mememtingkan hasil
atau nilai yang baik pada saat UN tanpa memikirkan proses belajar mengajarnya
yang sesuai dengan karakteristik siswanya masing – masinng. Oleh karena itu
siswa beranggapan kalau nilainya bagus maka siswa itu akan diakui dan dikenal
disekolahnya, meskipun cara untuk mendapatkan nilai tersebut dengan cara yang
tidak baik.
Untuk mewujudkan SDM yang berkualitas maka perlu diadakan suatu
lembaga pendidikan baik formal maupun non formal. Dalam dekade ini pendidikan
formal (sekolah) yang seharusnya mendidik siswanya namun hanya melakukan
pengajaran belaka, seperti layaknya yang dilakukan oleh lembaga bimbingan tes
yang hanya mementingkan hasil tanpa mengindahkan proses pembelajaran yang
seharusnya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan adalah penyelenggaraan proses pembelajaran, dimana guru sebagai
pelaksana pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam keberhasilan
proses pembelajaran disamping faktor lainnya seperti siswa, bahan pembelajaran,
motivasi, dan sarana penunjang. Oleh karena itu inovasi dan kreatifitas para
pendidik sebagai ujung tombak berhasil tidaknya pendidikan dalam meningkatkan
kualitas kehidupan manusia mutlak diperlukan, salah satu bentuknya adalah
dengan melakukan pembaharuan metode pembelajaran.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi
atau hubungan timbal balik antar guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar
mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antar guru dengan siswa,
tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan
berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa
yang sedang belajar.
Guru
adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak
didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya.
Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang
yang cerdas. (Djamarah Syaiful Bahri dan Aswan Zain,
2006: 112)
Sebagai
pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan,
khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang berhasil
dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan
bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan. Demikian pula dalam
upaya membelajarkan siswa guru dituntut memiliki multi peran sehingga mampu
menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa hakikat belajar ?
2.
Apa faktor – faktor yang mempengaruhi
belajar siswa ?
3.
Bagaimana Pendukung Peningkatan Budaya
Belajar?
4.
Bagaimana budaya belajar yang baik ?
5.
Apa permasalahan – permasalahan dalam belajar dan
solusinya ?
6.
Bagaimana peran pemerintah dalam
meningkatkan keberhasilan belajar ?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui hakikat belajar !
2.
Mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi belajar siswa !
3.
Mengetahui Pendukung Peningkatan Budaya
Belajar !
4.
Mengetahui budaya belajar yang baik !
5.
Mengetahui permasalahan-permasalahan
dalam belajar dan solusinya !
6.
Mengetahui peran pemerintah dalam
meningkatkan keberhasilan belajar !
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Belajar
Menurut
Gagne (melalui Dimyati & Mudjiono, 2002: 10), belajar merupakan kegiatan
yang komplek. Hasil belajar berupa kapabiitas. Setelah belajar orang memiliki
keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut
dari stimulus yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan
oleh pembelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif
yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi,
menjadi kapabilitas baru.
Menurut
George J. Mouly (melalui Sudjana Nana, 1989: 5), Belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai
hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek – aspek lain yang ada pada individu
yang belajar.
Menurut
Winkel (melalui Suprihatiningrum jamil, 2014: 15), belajar adalah suatu
aktivitas mental/spikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan dan
pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Dengan demikian belajar merupakan
suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh
perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun
yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam
interaksinya dengan lingkungan.
B.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Siswa
(menurut,
Rusyan Tabrani, Atang Kusdinar dan Zainal Arifin, 1992: 23 – 25) Belajar yang
efektif sangat dipengaruhi oleh faktor – faktor kondisionil yang ada. Faktor –
faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Peserta didik yang belajar harus
melakukan banyak kegiatan. Baik kegiatan sistem saraf seperti melihat,
mendengar, merasakan berfikir. Apa yang telah dipelajari perlu digunakan secara
praktis dan diadakan ulangan secara berkesinambungan sehingga penguasaan materi
hasil belajar menjadi lebih matang.
2.
Belajar memerlukan latihan dengan jalan
relearning, recall, dan reviw agar pelajaran yang terlupakan dapat dikusai
kembali.
3.
Belajar akan lebih berhasil jika peserta
didik merasa berhasil dan mendapat kepuasan. Belajar hendaknya dilakukan dalam
suasana yang menyenangkan.
4.
Pesrta didik yang belajar perlu
mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya.
5.
Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam
belajar karena semua pengalaman belajar, antara yang lama dengan yang baru,
secara berurutan diasosiasikan sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.
6.
Pengalaman masa lampau dan pengertian
–pengertian yang telah dimiliki oleh peserta didik, besar perannya dalam proses
belajar.
7.
Faktor kesiapan belajar, peserta didik
yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan
lebih berhasil.
8.
Faktor minat dan usaha, belajar dengan
minat akan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik daripada belajar
tanpa minat.
9.
Faktor – faktor fisiologis, kondisi
badan peserta didik yang sedang belajar sangat berpengaruh dalam proses
belajar.
10. Faktor
intelegensi, peserta didik yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan
belajar karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan mudah
mengingatnya.
Sedangkan menurut Mustaqim dalam psikologi
pendidikan (melalui, Khanifatul, 2013: 100 – 103) faktor psikologi yang
mempengaruhi belajar yaitu:
1.
Kecerdasan/intelegensi siswa
Kecerdasan
merupakan fktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,
sehingga kecerdasan menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi
intelegensi seorang individu, semakin besar pula peluang individu tersebut
meraih sukses dalam belajar.
2.
Motivasi
Motivasi
merupakan faktor yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar.
Motivasi berperan sebagai proses didalam diri individu yang aktif, mendorong,
memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat.
3.
Minat
Untuk membangkitkan
minat belajar peserta didik, banyak cara yang dapat digunakan oleh guru yaitu,
membuat materi yang akan dielajari semenarik mungkin dan tidak membosankan,
desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari,
melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik)
sehingga siswa menjadi aktif.
4.
Bakat
Bakat merupakan
kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam
proses belajar seseorang. Karena belajar dipengaruhi oleh potensi yang dimiliki
oleh setiap individu, maka para pendidik, orang tua, dan guru perlu
memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta
didiknya.
C.
Pendukung Peningkatan Budaya Belajar
(Rusyan Tabrani, 2007: 14 – 32) Untuk mendukung keberhasilan
belajar, maka perlu berbagai faktor yang mendukung diantaranya yaitu:
1.
Motivasi belajar bagi siswa
Mengingat pentingnya motivasi dalam kehidupan pembelajaran,
maka menjadi kewajiban utama bagi kita secara terus menerus berusaha:
a.
Mengamati dan memahami perilaku belajar diri sendiri
dalam proses pembelajaran
b.
Mencari dan menentukan sebab – sebab perilaku belajar
yang indisipliner dalam proses pembelajaran
c.
Menghitung, mengubah, serta mengarahkan perilaku
belajar kepada tujuan dan sasaran pembelajaran
Untuk mendapatkan motivasi belajar untuk dijadikan suatu
landasan pembinaan sikap perilaku pada siswa dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Hal – hal yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembelajaran yang
bermotivasi yaitu:
a.
Pencapaian penyelesaian tugas yang berhasil berdasarkan
tujuan dan sasaran
b.
Penghargaan terhadap pencapaian tugas dan sasaran yang
telah ditetapkan
c.
Sifat dan ruang lingkup pembelajaran itu sendiri
menarik dan memberikan harapan
d.
Adanya peningkatan kemajuan
e.
Adanya rasa tanggung jawab
f.
Adanya supervisi
g.
Adanya keamanan para siswa
2.
Etika belajar
Budaya pembelajaran supaya dilaksanakan dengan baik, maka
perlu diupayakan melalui etos belajar, karena etos belajar merupakan etika
belajar yang terdapat dalam diri kita untuk bertindak atau berbuat yang tertuju
kepada suatu tujuan, yaitu pencapaian tujuan pendidikan.
Salah satu usaha yang konkrit untuk mendorong produktivitas
adalah dengan membina dan mengembangkan etos belajar yang baik, disamping
meningkatkan pendidikan dan keterampilan kita agar mampu mengembangkan tugas
dan pembelajaran sebaik – baiknya.
Etos belajar merupakan hal yang penting dalam mekanisme
kehidupan belajar, karena makin majunya kehidupan belajar makin kompleks pula
kehidupan aktivitasnya serta makin meningkatnya dan berkembang pula kebutuhan
dan tuntutan belajar. Dengan terdapatnya kebutuhan dan tuntutan belajar sudah
tentu menuntut pula kualitas sumber daya manusia untuk mengerjakan tugas dan
pekerjaan itu. Untuk itu perlu adanaya suatu pelaksanaan etos kinerja dalam
mendukung kualitas kerja.
3.
Lingkungan belajar
Lingkungan belajar yang dapat mendukung kita melaksanakan
pembelajaran secara efektif dan efisien, meliputi:
a.
Lingkungan sosial psikologis
Suasana
hubungan serasi dan harmonis antara siswa dengan siswa dan guru serta dengan
kepala sekolah dapat menunjang lingkungan yang tentram.
b.
Lingkungan fisik
Agar
pembelajaran berlangsung dengan baik, maka perlu ditunjang oleh, ruangan dan
meja belajar yang menyenangkan, penerangan, sirkulasi udara yang baik, dan suhu
ruangan yang baik.
4.
Tugas dan tanggung jawab dalam pembelajaran
Tugas dan tanggung jawab kita tidak terbatas dalam sekolah
ataupun di luar sekolah pada hakekatnya kita merupakan komponen strategis yang
mempunyai peran penting dalam menentukan kemajuan bangsa.
5.
Optimalisasi kelompok belajar
Kelompok belajar
siswa berfungsi meningkatkan kemampuan siswa sebagai penerima didikan yang
berhubungan dengan materi pelajaran. Persiapan untuk belajar, menggunakan media
dan sumber belajar, penerimaan bimbingan, serta diskusi guna mencari alternatif
penyelesaian berbagai masalah.
6.
Motivasi KBS
KBS (kelompok belajar siswa) adalah satu wadah pembinaan
dengan menghendaki adanya motivasi, dorongan dan rangsangan yang kuat agar kita
maumenjadi anggota KBS.
D.
Budaya Belajar Yang Baik
(Rusyan
Tabrani, 2007: 34 – 77) Budaya belajar yang baik merupakan salah satu upaya
perbuatan meningkatkan kualitas belajar, karena dengan budaya segala kegiatan
pelajaran dan tugas akan teratur dan terarah, sehingga tujuan belajar yang
diharapkan dapat dicapai dengan baik. Dengan demikan budaya belajar sebagai
salah satu upaya meningkatkan kualitas belajar, karena:
1.
Dengan budaya belajar semua pelajaran
dapat dikerjakan dengan terarah, tertib,
dan teratur sehingga tujuan yang diharapkan mudah untuk dicapai.
2.
Dengan budaya belajar kreativitaas kita
dapat terpusat kesatu arah tujuan yang tepat,
3.
Budaya belajar menjadikan kita belajar
dengan dinamis, dan inovatif, sehingga semua hal yang dikerjakan akan
menghasilkan sesuatu yang berguana.
4.
Dengan budaya belajar aktivitas belajar
lebih meningkat kualitasnnya, karena budaya belajar memberikan rasa peka
terhadap pengaruh dari luar, sehingga kita tidak mudah terpengaruh dengan hal –
hal yang bersifat negatif.
5.
Dengan budaya belajar, semua kegiatan
belajar bisa dilaksanakan secara efisien dan efektif.
6.
Dengan budaya belajar, semua aktivitas
belajar yang sedang berlangsung dapat memberikan suasana yang menyenangkan dan
harmonis.
7.
Aktivitas belajar berdasarkan budaya
belajar dapat mengoptimalkan hasil belajar.
8.
Budaya belajar dapat mendorong kita
untuk mengerjakan pelajaran secara bekerjasama dan menghasilkan suatu
pencapaian tujuan yang optimal dalam waktu singkat.
9.
Pelaksanaan budaya belajar merupakan
manipestasi Disiplin Nasional.
10. Suasana
dan situasi belajar yang berdasarkan budaya belajar mudah mengarahkan kita
kepada tujuan dan program belajar.
Budaya belajar adalah melaksanakan proses pendidikan
dari guru, penerima bimbingan serta mengerjakan evaluasi supaya terlaksana
dengan baik, maka perlu menerapkan budaya sebagai berikut:
1.
Budaya
Kepatuhan
Upaya yang
dilakukan dalam menerapkan budaya belajar salah satu diantaranya adalah
menerapkan komitmen yang baik dalam melaksanakan pendidikan. Membudayakan
komitmen membutuhkan contoh – contoh perbuatan yang baik sehari – hari dan
proses pembudayaannya berlangsung secara alami, dimana satu siswa akan belajar dan melihat dari perbuatan siswa lain.
Artinya apabila siswa dan guru membiasakan diri memiliki komitmen yang tinggi
maka proses pembudayaan akan berlangsung lebih cepat dan efektif.
Adapun budaya
komitmen tersebut sebagi berikut:
a.
Tepat
waktu dalam belajar
Untuk
menekankan betapa pentingnya konsisten untuk perkembangan komitmen, maka pera
siswa harus mengetahui cita – cita sistem belajar yang baik dari mengetahui apa
yang diharapkan guru dan mengkomunikasikannya pada guru sewaktu belajar.
b.
Disiplin dalam belajar
Disiplin
merupakan salah satu upaya dan perbuatan untuk meningkatkan kualitas belajar,
karena dengan disiplin segala kegiatan akan teratur dan terarah sehingga tujuan
belajar yang diharapkan dapat dicapai dengan baik. Dengan disiplin menjadikan
kita belajar dengan giat sehingga hal yang dihasilkan suatu hal yang berguna.
c.
Setia dan loyal dalam belajar
Setia
dalam melaksanakan pendidikan akan berpijak kepada Undang – Undang Pendidikan Nasional,
peraturan pemerintah dalam bidang pendidikan, kurikulum yang berlaku serta
Garis – Garis Haluan Negara.
Kegiatan
tersebut merupakan suatu langkah nyata kesetiaan kita dalam melaksanakan
pendidikan walaupun masih terdapat hambatan, gangguan, dan kekurangan dalam
pelaksanaan proses pendidikan tersebut.
Loyal
adalah suatu perilaku taat dan patuh terhadap suatu kebijakan, peraturan dan
keputusan serta menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Salah satu bukti loyalitas bagi kita yaitu adanya
kesadaran, kemauan dan keputusan dalam melaksanakan peraturan yang berlaku.
d.
Bertekad meningkatkan mutu dalam belajar
Masa
depan siswa ada di tanggan seluruh guru, tidak hanya di tangan kepala sekolah
atau dinas P dan K. Semua pelaku kependidikan harus ikut bertanggung jawab
untuk memikirkannya, sebab suksesnya dan berhasilnya pendidikan dimasa lalu
tidak menjamin keberhasilan di masa depan. Masa depan siswa tercermin dari
pernyataan visi, misi, filosofi dasar pendidikan baik secara tersurat maupun
secara tersirat.
Mutu
pendidikan harus diciptakan, tidak bisa ditunggu. Hal ini menuntut kita untuk
memiliki inisiatif dan kreatif yang tinggi.
e.
Rasa tuntas dalam belajar
Untuk membantu
meningkatkan ketuntasan (sense of closure) kita terhadap satu tugas pelajaran
yang menjadi tanggung jawab kita, ada beberapa cara yang harus dipraktekkan dan
dibiasakan yaitu:
1)
Meningkatkan pemahaman tentang kemajuan
pendidikan
2)
Menyelesaikan tugas dengan jelas dan
tuntas
Dalam menyelesaikan tugas bersama atau berkelompok
akan lebih mudah, efisien, dan efektif, apabila masing – masing anggota
kelompok mengetahui persis apa yang menjadi tanggung jawab dari maisng – masing
anggota kelompok memiliki “sense of closure” yang tinggi.
2.
Budaya Inovatif
Inovatif adalah
suatu perubahan yang baru dan kualitatif berbeda dari hal – halyang ada
sebelumnya serta diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan
tertentu. Inovatif akan memiliki gagasan, ide – ide dan perilaku yang
mendukung perubahan tersebut.
Kemajuan
teknologi yang kita kenal dan yang kita pakai sekarang ini, merupakan hasil
dari proses inovasi. Inovasi dalam hal ini menunjukkan suatu proses yang
membuat suatu objek, ide, atau praktek baru yang muncul untuk diserap oleh
seseorang, kelompok atau organisasi.
3.
Budaya Profesional Bagi Siswa
Profesionalisme
berjalan sesuai dengan kemajuan masyarakat modern, adanya bermacam – macam ragam spesialisasi yang sangat diperlukan
dalam masyarakat yang semakin luas dan semakin kompleks. Demikian pula profesionalisme
kita sampai sekarang masih diperbincangkan orang, baik dikalangan pendidikan
maupun diluar pendidikan. Berbagai pandangan telah berkembang tentang masalah
tersebut, namun satu hal yang sudah pasti, bahwa dimana – mana diarahkan supaya
kita terdidik dan terlatih dengan baik serta menjadi profesional.
Dengan demikian
betapa pentingnya kita juga memiliki kemampuan dalam proses belajar yaitu:
a.
Kemampuan personal
Untuk mencapai
keberhasilan proses pendidikan kita harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan
tugasnya, salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan pribadi (personal).
Kemampuan
pribadi kita secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
1)
Dituntut untuk dapat bekerja teratur dan
konsisten, akan tetapi kreatif dalam menghadapi pekerjaannya.
2)
Kemantapan dalam bekerja
b.
Kemampuan profesional
c.
Kemampuan kemasyarakatan
Jenis – jenis
kemampuan kemasyarakatan yang harus dimiliki yaitu:
1)
Bekerjasama dengan Bp3
2)
Keterkaitan kemampuan kita dengan
keberhasilan pendidikan
Proses
pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik dapatmencapai
tujuan yang diharapkan, dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat.
4.
Budaya Berprestasi
Dalam lingkungan
budaya yang memberi kesempatan luas bagi siswa untuk berprestasi dan mencapai
dengan tujuan yang diinginkan, dapat dipahami jika siswa menghadapi tekanan
untuk memperoleh prestasi tersebut, sebab prestasi dianggap mampu mendorong memanfaatkan
kesempatan untuk maju dan menyesuaikan diri kelak dikehidupan masyarakat.
Prestasi
merupakan suatu bukti keberhasilan usaha yang dicapai seseorang setelah
melakukan suatu kegiatan. Prestasi yang kita capai, merupakan keberhasilan
setelah melaksanakan proses belajar sehingga memiliki berbagai ilmu
pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang mendukung.
5.
Budaya Memuaskan
Budaya memuaskan
dalam proses belajar kepada berbagai pihak baik pemerintah, peran guru, maupun
orang tua dan masyarakat, sebab kita tumbuh dan berkembang karena dukungan dari
berbagai pihak. Sudah sepatutnya kita diajarkan berkomitmen untuk dapat terus
belajar dalam upaya menjamin hari depan para siswa.
6.
Budaya Integritas
Budaya
berintegritas yang dilaksanakan merupakan pengalaman yang didapatkan dari
proses belajar mengajar dan interaksi dengan masyarakat sekolah. Sehingga mampu
memberikan motivasi yang tinggi untuk
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dari budaya integritas
tersebut kita akan memperoleh hal – hal, sebagai berikut:
a.
Dihargai oleh guru
b.
Jenis penghargaan
c.
Terbiasa berlaku rajin dan jujur
E.
Permasalahan – Permasalahan Dalam Belajar
dan Solusinya
Pada
umumnya para pelajar banyak mengalami permasalahan dalam belajar, di samping
masalah – maslah lain yang menyangkut keadaan jasmani, keadaan keuangan dan
sebagainya.
Menurut
penelitian C.C.Wrenn dan Reginald Bell (melalui Ahmadi Abu, 1993: 8 – 9)
mengenai masalah – masalah pokok belajar di Amerika, yaitu:
1.
Kesukaran dalam mengatur pemakaian waktu
belajar (Difficulty in budgeting time)
2.
Ketidaktahuan mengenai ukuran – ukuran
bakuyang harus dipenuhi dalam pelaksanaan tugas – tugas (Unfamiliar standards of work)
3.
Kebiasaan – kebiasaan membaca yang
lambat (Slowreading habits)
Selain
itu permasalahan – permasaahan yang sering saya hadapi dalam meningkatkan
keberhasilan belajar yaitu:
1.
Malas untuk belajar
2.
Belajar hanya untuk mengejar nilai
akademis
3.
Menghakimi diri sendiri/ terlalu percaya
diri bahwa saya bisa dan mampu tanpa harus belajar terus menerus karena telah
mencap bahwa saya pintar
4.
Tidak suka terhadap mata pelajaran
tertentu
5.
Cara belajar yang salah (belajar adalah
menghafal rumus, tahun, istilah – istilah asing, nama orang, dll) tidak
memahami apa yang sebenarnya dipelajari
6.
Semangat belajar yang tidak konsisten
Solusi untuk menyelesaikan permasalahan – permsalahn
yang saya hadapi yaitu:
1.
Mengubah pola pikir (paradigma) bahwa
belajar itu suatu kegiatan yang menyenangkan, yang bisa dinikmati, bikin
penasaran dan bikin ketagihan, jika cara pandang kita sudah seperti itu maka
kemauan untuk belajar senantiasa akan hadir dengan sendirinya dalam jiwa
seseorang, tanpa harus dimotivasi terlebih dahulu oleh guru dan orang tua agar
mau belajar.
2.
Menghentikan belajar dengan cara
menghafal tetpi dengan cara memahami karena jika kita sudah paham akan
pelajaran tersebut maka kita akan lebih mudah menjawab pertanyaan – pertanyaan
yang diberikan oleh guru, danilmuyang kita dapat dari pelajaran tersebut tidak
akan mudah hilang dari pikiran.
3.
Dalam belajar kita harus mempunyai
persepsi yang benar dan tujuan yang jelas agar belajar kita konsisten, serta
dapat memanfaatkan watu luang untuk hal – hal yang bermanfaat semisal belajar,
karena kita sudah tahu bahwa belajar itu menyenangkan maka kita tidak akan
malas dan mementingkan nilai yang bagus serta tidak akan membenci mata
pelajaran tertentu dan cara belajar yang hanya menghafal.
F.
Peran Pemerintah Dalam Meningkatkan
Keberhasilan Belajar
Pemerintah memegang peranan penting dalam meningkatkan
kualitas pendidikan anak-anak Indonesia, utamanya mulai dari ketersediaan
sarana dan prasarana minimal berupa gedung sekolah yang layak, hingga sampai
pada ketersediaan berbagai fasilitas pendukung pendidikan lainnya.
Bagi sekolah-sekolah yang berada di perkotaan, sekolah
yang rusak berat dan masih belum direhabilitasi sangat banyak ditemui, apalagi
di daerah-daerah terpencil di Indonesia. Dengan kata lain, sekolah-sekolah
diperkotaan saja kondisinya masih demikian, apalagi di pelosok Indonesia.
Selain ketersediaan sarana dan prasarana fisik dan berbagai fasilitas pendukung
pendidikan lainnya yang masih terbatas dan belum menjangkau seluruh wilayah
NKRI, kurikulum pendidikan dasar pun menjadi permasalahan.
Kurikulum yang seringkali berubah seiring dengan
pergantian rezim pemerintahan menyebabkan anak-anak usia sekolah dasar menjadi
korbannya. Anak-anak usia sekolah dasar merupakan anak-anak yang mind set
berfikirnya belum terbentuk, anak-anak tersebut masih dalam tahap amati dan
tiru, belum sampai tahap modifikasi. Selain itu, beban kurikulum yang berat
menyebabkan anak-anak kehilangan kreativitasnya karena hanya dibebani dengan
mata pelajaran yang terkonsep dan berpola baku secara permanen. Artinya, apa yang
di dapat di sekolah, itulah yang ada pada dirinya, tanpa kecuali. Pemerintah
harus menyadari bahwasannya anak-anak merupakan investasi masa depan sebuah
bangsa. Merekalah yang kelak akan mengisi ruang-ruang proses berbangsa dan
bernegara. Wajar saja ketika banyak orang menyerukan bahwa anak adalah
bibit-bibit atau tunas yang harus diperhatikan dan dirawat dengan baik.
Merekalah pewaris masa depan, tulang punggung dan harapan bangsa dan negara ada
di pundak mereka.
Namun, harapan itu ternyata masih membentur tembok
yang sangat besar. Ternyata masih banyak di temukan anak-anak kurang mampu
harus berhenti sekolah karena tidak memiliki biaya. Sering dijumpai bahwa
anak-anak Indonesia harus dipaksa mengemis demi menghidupi keluarga, melakukan
tindak kriminal dan terlantar karena ketimpangan ekonomi. Tidak jarang pula
anak-anak seringkali menghadapi bentuk-bentuk kekerasan baik fisik maupun non
fisik. Padahal, anak-anak Indonesia harusnya berada di rumah, belajar dengan
baik dan menikmati tugas-tugas bagi tumbuh kembang diri mereka.
Disinilah peran pemerintah harus ditingkatkan dalam
rangka peningkatan pendidikan anak-anak Indonesia. Pendidikan Karakter
merupakan proses pemberian tuntunan peserta/anak didik agar menjadi manusia
seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan
karsa. Peserta didik diharapkan memiliki karakter yang baik meliputi kejujuran,
tanggung jawab, cerdas, bersih dan sehat, peduli, dan kreatif.
Pemerintah melalui Kemendiknas meluncurkan sebuah
program pendidikan, yang dikenal dengan Pendidikan Karakter. Dominasi ranah
kognitif dan psikomotorik harus dikurangi, ranah afektif sudah seharusnya
menjadi fokus utama. Sehingga terbentuklah manusia-manusia yang berkarakter
luhung, berbudi pekerti tinggi. Manusia-manusia seperti inilah yang diharapkan
mampu membawa bangsa Indonesia menjadi jauh lebih baik, menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang berbudaya tinggi. Pendidikan karakter dibutuhkan untuk
mencegah setiap perbuatan-perbuatan yang tidak baik yang dapat merusak pendidikan
di Indonesia.
Oleh karena itu, semua peran sangat dibutuhkan untuk
memajukan sistem pendidikan di Indonesia agar pendidikan di Indonesia mengalami
pemerataan, peningkatan dan perubahan yang signifikan. Pendidikan Karakter
bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang hal yang baik dan buruk,
kemudian membuat hal yang baik menjadi suatu kebiasaan. Budaya ini harus
dipelihara agar pendidikan di Indonesia berkembang dan bisa menjadi daya saing
bagi pendidikan lainnya secara global.
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam
proses peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu
sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia,
maka Pemerintah telah berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai
usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas melalui pengembangan dan
perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan,
pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga
kependidikan lainnya. Tetapi kenyataan belum cukup dalam meningkatkan kualitas
pendidikan.
(Putri, Ivo Dwi, 2015: http://www.kompasiana.com/ivo)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai
bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek – aspek lain yang ada
pada individu yang belajar. faktor psikologi yang mempengaruhi belajar yaitu,
kecerdasan/intelegensi siswa, motivasi, minat, bakat.
Budaya Belajar
Yang Baik (Rusyan Tabrani, 2007: 34 – 77) Budaya belajar yang baik merupakan
salah satu upaya perbuatan meningkatkan kualitas belajar, karena dengan budaya
segala kegiatan pelajaran dan tugas akan teratur dan terarah, sehingga tujuan
belajar yang diharapkan dapat dicapai dengan baik. Budaya belajar adalah
melaksanakan proses pendidikan dari guru, penerima bimbingan serta mengerjakan
evaluasi supaya terlaksana dengan baik, maka perlu menerapkan budaya yaitu,
budaya kepatuhan, budaya inovatif, budaya profesional bagi siswa, budaya
berprestasi, budaya memuaskan, budaya integritas.
Permasalahan –
permasaahan yang sering hadapi dalam keberhasilan belajar yaitu, malas untuk
belajar, belajar hanya untuk mengejar nilai akademis, menghakimi diri sendiri/
terlalu percaya diri bahwa saya bisa dan mampu tanpa harus belajar terus menerus
karena telah mencap bahwa saya pintar, tidak suka terhadap mata pelajaran
tertentu, cara belajar yang salah (belajar adalah menghafal rumus, tahun,
istilah – istilah asing, nama orang, dll) tidak memahami apa yang sebenarnya
dipelajari, semangat belajar yang tidak konsisten.
B.
Saran
Pendidikan
karakter salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk Budaya belajar
yang baik, karena dengan pendidikan karakter peserta didik dapat mempelajari
budaya – budaya belajar yang baik untuk dirinya yang nantinya dapat menjadi
karakter pribadi masing – masing yang akan terus bersamanya. Untuk itu, sebaiknya pemerintah mencanangkan
pendidikan karakter sebagai salah satu mata pelajaran/mata kuliah yang wajib
ada di sekolah – sekolah dan perguruan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1993. Cara Belajar Yang Mandiri Dan Sukses.
Solo: CV. ANEKA.
Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: PT.
Rineka
Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar
Mengajar.
Jakarta: P.T. Rineka Cipta.
Khanifatul. 2013. Pembelajaran Inovatif: Strategi Mengelola Kelas Secara Efektif
Dan
Menyenangkan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Rusyan, Tabrani. 2007. Budaya Belajar Yang Baik. Jakarta: PT. Panca
Anugerah
Sakti.
Rusyan, Tabrani & Atang Kusdinar
dkk. 1992. Pendekatan Dalam Proses
Belajar
Mengajar.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung:
CV. Sinar Baru.
Suprihatiningrum, Jamil. 2014. Strategi Pembelajaran, Teori & Aplikasi.
Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Putri, Ivo Dwi. 2015. Peran Pemerintah dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan.
Diunduh pada tanggal 27 desember 2015 dari http://www.kompasiana.com/ivo_dwiputri/peran-pemerintah-dalam
meningkatkan-mutu-pendidikan_54f85eb3a33311845e8b4ace)
terimakasih telah berbagi pengetahuan dan keilmuan
BalasHapus